NUKILAN.id | Banda Aceh – Dalam sebuah podcast yang diselenggarakan oleh SagoeTv, seorang akademisi terkemuka dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc., mengungkapkan solusi menarik terkait persoalan pengangguran yang masih menghantui Aceh.
Dengan latar belakang pengalamannya dalam membangun dan merancang berbagai bangunan di berbagai negara seperti Australia, Jepang, China, Vietnam, Palestina, dan Papua Nugini, Profesor Sanny menyuguhkan alternatif yang menjanjikan yakni lowongan kerja di Jepang.
Dalam dialog yang menarik, sang host menanyakan pandangan Profesor Sanny mengenai peluang yang dapat dimanfaatkan di Aceh untuk mengatasi persoalan pengangguran.
“Menurut Profesor sendiri kira-kira bagaimana (solusinya), sebagai akademisi Institut Teknologi Bandung mungkin pernah ada kaji-kajian atau melihat ada peluang nih di bagian ini yang bisa kita ambil ini seperti itu,” tanya Host Podcast SagoTv dikutip Nukilan.id pada Minggu, (21/4/2024).
Profesor tersebut menyampaikan pandangannya dengan yakin, mengutip jaringan yang telah dibangunnya dengan Jepang selama bertahun-tahun, sejak masa kuliahnya di Universitas Kyoto. Ia membagikan pengalamannya bahwa sebagian besar teman dan kenalannya di Jepang telah memeluk agama Islam, dan keinginan orang Jepang untuk memiliki hubungan yang lebih erat dengan saudara-saudara Muslim di Indonesia.
“Orang Jepang juga pengin punya saudara dari saudara muslimnya di indonesia, maka saya ajak aja ke Aceh mumpung nih saya bilang itu daerah yang paling Syariah dan paling Islami, daerah kampung saya,” cerita Profesor Sanny.
Menurut Profesor Sanny, Orang Jepang menunjukkan minat yang luar biasa untuk menjalin kerja sama persaudaraan dengan komunitas Muslim. Dia menegaskan bahwa Jepang siap memberikan bantuan apa pun yang diperlukan oleh Aceh, dan sebaliknya, mengajak Aceh untuk memberikan bantuan kepada Jepang dalam bidang yang dibutuhkan.
“Apa saja yang dibutuhkan Jepang akan kami bantu, begitu pun sebaliknya tolong bantu juga nih Aceh yang notabenenya sekarang tertinggal,” ujar Profesos Sanny.
Dalam konteks Aceh, Profesor Sanny secara khusus menyoroti isu-isu yang tengah mengemuka, terutama kemiskinan dan pengangguran. Ia menggarisbawahi urgensi untuk membantu Aceh mengatasi masalah tersebut karena potensi dampak negatifnya terhadap masyarakat.
“Mereka (anak-anak muda) bisa berubah jadi jahat karena seperti hadis Rasulullah, biasanya itu kemiskinan bisa menimbulkan problem kekufuran, sebagai muslim bantulah, ada kesempatan nih bagus sekali,” ungkap Profesor Sanny, merujuk pada potensi konsekuensi negatif dari tingkat pengangguran yang tinggi.
Menurut Profesor Sanny, Jepang saat ini menghadapi kesulitan karena banyaknya generasi muda yang enggan menikah dan beralasan hidup yang semakin berat. Fenomena ini mengakibatkan kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor industri, sehingga memicu minat Jepang untuk mencari solusi dari luar negeri.
“Jepang itu piramidanya terbalik tuh, banyak orang-orang tua di atas 100 tahun sedangkan anak-anak muda dikit,” ujarnya.
Profesor Sanny melihat ini sebagai peluang besar bagi Indonesia, terutama Aceh. Beliau mengusulkan ide agar bisa mengirimkan pekerja dari Aceh ke Jepang untuk mengisi kekosongan tenaga kerja. Permintaan ini disambut baik oleh pihak Jepang yang menyatakan kesiapan mereka untuk menerima tenaga kerja asal Indonesia.
“Saya bilang, bagaimana kalau pekerjanya dari Aceh? mereka (orang Jepang) jawab bisa Oh silakan, mereka sangat senang,” ujarnya.
Namun, dalam Podcast tersebut Profesor Sanny juga menyampaikan bahwa terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar kolaborasi ini berjalan lancar. Oleh karena itu, dia menegaskan pentingnya persiapan yang matang guna memastikan bahwa para pelamar memiliki kualifikasi yang dibutuhkan serta siap menghadapi tantangan di negara tersebut.
Profesor Sanny mengatakan syarat-syarat tersebut meliputi latar belakang pendidikan setara dengan SMA, usia antara 18 hingga 25 tahun, tinggi badan minimal 160 cm untuk pria dan 150 cm untuk wanita, dengan BMI ideal. Selain itu, para pelamar juga tidak diperbolehkan memiliki tato atau tindik (bagi pria), serta harus menunjukkan bukti kesehatan jasmani dan rohani melalui hasil Medical Check-Up (MCU). Adapun dokumen yang harus disiapkan antara lain Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
“Tidak boleh merokok dalam artian gini, ketika roncen tidak ada noda di paru-paru, kalau ada langsung dicoret. Kemudian menguasai bahasa Jepang sederhana untuk komunikasi dengan bosnya,” jelas Profesor Sanny.
Tidak hanya menetapkan persyaratan bagi calon tenaga kerja, pemerintah Jepang juga mengungkapkan rencana untuk merekrut sebanyak 1200 pekerja asing dalam berbagai bidang pada tahun 2024 ini. Bidang-bidang yang menjadi fokus rekrutmen meliputi caregiver/perawat lansia, pengolahan makanan, manufaktur, konstruksi, building cleaning, perikanan, pertanian, serta sektor perhotelan dan restoran.
“Secara umum rencana rekruitmennya itu 2024 ini pengin mereka ada 1200 pekerja,” tutup Profesor Sanny.
Reporter: Akil Rahmatillah