Nukilan.id – MpU Uteun (Penjaga Hutan), Ranger Perempuan yang tergabung dalam Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK), Gampong Damaran Baru, Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah, menanam ribuan pohon jambu biji untuk makanan monyet di kaki Gunung Burni Telong.
Ketua LPHK Damaran, Sumini mengatakan bahwa, pohon jambu biji dipilih dalam program edukasi pohon, dikarenakan pertumbuhan pohon jambu biji lebih cepat dan mudah, serta buah yang dihasilkan juga banyak.
Baca juga: GASS Nyatakan Dukung Proyek IPAL di Gampong Pande
Ia menjelaskan, selama ini warga sering diresahkan oleh kawanan monyet yang turun ke permukiman. Oleh karena itu, untuk mencegah pihaknya menyediakan tanaman pohon jambu biji sebagai makanan monyet.
“Daripada dia buka tudung saji kami di rumah, lebih baik kami sediakan pohon buah untuk dia berpesta di hutan,” kata Sumini kepada Nukilan.id, Selasa (6/4/2021).
Sumini mengatakan, Program edukasi pohon besutan LPHK mendidik anggotanya dan masyarakat umum agar memahami jenis pohon yang memiliki nilai ekonomi. Khususnya yang bernilai ekologis berkelanjutan.
“Mereka mempelajari dimana pohon-pohon tertentu biasa tumbuh. Kemudian diusahakan untuk membuat sendiri bibitnya. Bibit ini kemudian kami tanam di habitatnya yang tepat,” ujarnya.
Perempuan asal Gampong Damaran Baru ini menambahkan bahwa, pihaknya sudah menanam kurang lebih 2500 batang pohon jambu biji.
“Kami sudah menanam sekitar 2500 batang pohon,” kata Sumini.
Baca juga: Keadaan 9 Burung Langka dari Rumdis Wagub Aceh, BKSDA: Kondisinya Baik-Baik Saja
Selain jambu biji (Psidium guajava), kata Sumini, program edukasi pohon tengah difokuskan pada tanaman aren dan bambu. Jenis pohon ini dipilih karena tumbuhnya cepat dan sifat akarnya yang mencengkeram tanah.
“Aren dan bambu kami tanam di bantaran sungai Wih Gile. Akibat pembalakan yang cukup parah di Burni Telong, Wih Gile sangat berpotensi banjir bandang,” terangnya.
Sumini mengingatkan, bila bencana banjir sampai terjadi, yang paling dirugikan adalah kaum perempuan. Sebab perempuan secara tradisional bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kebersihan keluarga.
“Karena itu wajar bila perempuan ada di garda depan usaha pelestarian hutan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai,” imbuhnya.
Apalagi, lanjutnya, sebagian besar perempuan di desa Damaran Baru berprofesi sebagai petani.
“Jadi, apa yang kami lakukan ini selaras dengan hidup kami sehari-hari,” kata Sumini.
Baca juga: BMKG: Waspada, Aceh Dilanda Angin Kencang
Sementara itu, Sumini menyampaikan bahwa, LPHK Mpu Uteun sudah mengantongi izin untuk mengelola hutan seluas 251 hektar di kaki Burni Telong. Izin itu turun pada 2019 silam berupa Surat Keputusan (SK) Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonsia Nomor: SK.9343/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/11/2019. Kawasan kelolanya meliputi Desa Fajar Harapan, Kenine dan Damaran Baru.
“Istilah kami untuk tanam pohon ini ‘jual angin’. Karena pohon yang kami tanam kelak akan menghasilkan oksigen. Meski mungkin bukan kami sendiri yang menikmati, namun anak cucu kami kelak akan menuai hasilnya,” Pungkasnya.[DG]
Baca Juga: HHI 2021, MenLHK: Hutan Indonesia Berkontribusi Sebagai Sumber Pangan 48,8 Juta Orang