Nukilan.id – Thailand mulai menyusun rencana evakuasi warga negaranya yang masih berada di Myanmar.
Rencana ini dibuat menyusul eskalasi kekerasan yang menewaskan 38 orang pada Rabu (3/3/2021), ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa.
“Pemerintah Thailand telah mengatur dua penerbangan charter pada 12 dan 16 Maret untuk membawa pulang warganya,” menurut pengumuman Kedutaan Besar Kerajaan Thailand di Yangon dalam halaman halaman Facebook resminya pada Jumat (5/3/2021) melansir Bernama.
Negara-negara lain juga mempersiapkan penerbangan repatriasi untuk membawa pulang warganya dari negara yang dilanda protes tersebut.
Vietnam juga telah mengatur dua penerbangan charter pada 11 Maret untuk membawa pulang 390 warganya dari Myanmar.
Media Vietnam merinci, kedua penerbangan akan dioperasikan oleh maskapai penerbangan nasional Vietnam Airlines.
Penerbangan akan meninggalkan Bandara Internasional Noi Bai di Hanoi pada Kamis pagi dan menuju ke Yangon di mana 390 warga Vietnam sedang menunggu pemulangan, menurut sumber yang dekat dengan surat kabar Tuoi Tre.
Penerbangan pertama meninggalkan Hanoi pada 09:00 untuk menjemput 195 warga Vietnam di Yangon. Rombongan diperkirakan mendarat di kota Da Nang di Vietnam pada pukul 15:10 di hari yang sama.
Penerbangan kedua meninggalkan Hanoi pada 10:00 dan diperkirakan akan mendarat di Kota Da Nang dengan tambahan 195 warga Vietnam pada 16:10 waktu setempat.
Kedutaan Besar Vietnam di Myanmar pada Rabu mengumumkan telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan otoritas terkait lainnya untuk mengatur penerbangan repatriasi.
Ruang di atas dua penerbangan terbatas pada warga Vietnam yang menghadapi keadaan yang sangat sulit dan mendesak di Myanmar.
Perwakilan dari Vietnam Airlines menyatakan tindakan pencegahan dan pengendalian Covid-19 yang ketat akan diambil dalam penerbangan. Penumpang sebelumnya diharuskan mengisi pernyataan kesehatan secara online dan mengenakan masker wajah serta pakaian pelindung selama proses repatriasi.
Sementara Singapura pada Kamis (4/3/2021) menyarankan warganya di Myanmar untuk meninggalkan negara itu dengan penerbangan komersial, jika cara itu masih mungkin dilakukan. Militer Myanmar melancarkan kudeta pada pagi 1 Februari, beberapa jam sebelum Parlemen terpilih dalam resmi menduduki jabatannya.
Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) lainnya juga ditahan pada hari yang sama. Junta juga telah mengumumkan keadaan darurat satu tahun. Mereka berjanji untuk “mengambil tindakan” terhadap dugaan penipuan pemilih selama pemilihan umum 8 November, yang dimenangkan oleh partai NLD secara mutlak.
(Sumber: Kompas.com)