Nukilan.id – Anggota Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Ihsanuddin MZ nilai Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) tidak serius mengelola Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA), ini dibuktikan setiap tahun Aceh masuk dalam daftar termiskin dan pengangguran tinggi.
“Seharusnya TAPA menelusuri dasar Persoalan kenapa Aceh masih di nobatkan Termiskin setiap tahunya dan kenapa itu bisa terjadi,” kata Ihsanuddin MZ kepada Nukilan.id di kediamannya Pango, Banda Aceh Senin, (14/2/2022).
Jika sudah dipahami penyebab Aceh miskin–kata Ihsan–tentu yang harus di telusuri adalah variabel-variabel yang menyebabkan Kemiskinan.
menurutnya, setelah di ketahui tentu divariabel itulah untuk disusun rencana anggaran yang harus prioritaskan dan memasukan pogram penunjang masyarakat atau kegiatan yang bisa mengurangi kemiskinan itu sendiri.
“Tentu kegiatan-kegiatan yang pro Rakyat. Seperti rumah duafa itu adalah item atau varibel yang dihitung miskin atau tidaknya suatu keluarga dan kategori kelompok kemiskinan juga harus di prioritaskan. Tapi nyatanya, Ini sudah sekian tahun tidak dilaksanakan oleh pemerintah dan saya fikir itu menjadi kesalahan,” jelasnya
Menurut Ihsan, di Aceh sangat banyak daerah dan lokasi-lokasi perkebunan yang tidak produktif. Apasalahnya Pemerintah Daerah atau TAPA mengusulkan pengembangan jalan ke lokasi-lokasi perkebunan itu sehingga masyarakat dimudahkan untuk membuka kebun lalu bisa menanam pisang, ubi dan segala macam jenis tanaman untuk menghidupkan perekonomian masayarakat.
“Tahun 2020 dana SiLPA Aceh Rp 3,9 Triliun dan tahun 2021 diperkirakan bisa mencapai Rp 4 Triliun, jika anggaran tersebut diusulkan untuk membuat jalan ke lokasi perkebunan, dengan contoh 1 ruas jalan dengan Rp 1 Milyar maka jalan yang terbangun dari Anggaran Rp 4 Triliun selesai 4000 Ruas Jalan,” kata Ihsan.
Kata Ihsan, adanya jalan untuk perkebunan maka hiduplah perekonomian masayarakat, dan itu tidak terfikir oleh pemerintah.
“Di Provinsi lain sangat terbatas anggaran tapi bisa menunjang ekonomi masyarakat, sedangkan Aceh ada anggaran tapi tidak mampu kita habiskan. Ini bukti pemerintah atau TAPA tidak serius dalam mengelola uang Rakyat” ungkapnya.
Selanjutnya, dari buku Kerja Pemerintah Aceh di bawah TAPA hanya untuk Pencitraan dan gagah-gagahan.”Seperti kayu lapuk yang di cat perak, terlihat sangat kokoh dari luar padahal dia sudah Kropos,” tuturnya.[Irfan]