Nukilan.id – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberi tekanan lagi ke Presiden Rusia Vladimir Putin soal Ukraina. Ia mengumumkan akan mengerahkan pasukan ke Eropa Timur.
Biden mengatakan dia akan mengirim pasukan ke sana, meski “tak terlalu banyak”. “Untuk meningkatkan kehadiran NATO di Eropa timur karena ketegangan tetap meningkat,” tegasnya dikutip AFP.
AS sendiri sudah memiliki puluhan ribu tentara yang ditempatkan di sebagian besar Eropa Barat. Sebelumnya kapal perang dan jet tempur negara-negara NATO telah berlayar untuk latihan militer di dekat Ukraina.
Pernyataan Biden ini adalah yang terbaru pasca desakan Pentagon untuk diplomasi di hari yang sama. Pentagon menilai masih ada waktu untuk diplomasi guna menghindari perang.
Ketua Kepala Staf Gabungan, Mark Milley menyebut perang adalah hal mengerikan. Jika terjadi akan jatuh korban dalam jumlah yang besar.
“Jika dilepaskan di Ukraina, itu akan signifikan dan mengakibatkan sejumlah besar korban,” ungkap Milley, dikutip dari laman yang sama.
“Dan bisa Anda bayangkan seperti apa itu di daerah perkotaan yang padat, sepanjang jalan dan sebagainya. Ini akan mengerikan, akan buruk”.
Milley menekankan perang itu bisa membuat penduduk sipil menderita. Rusia pun juga akan menderita dengan hal tersebut.
“Jika Rusia memilih menyerang Ukraina, itu tidak bebas biaya, dalam hal korban atau efek lain,” jelasnya.
Sejalan dengan ucapan Milley, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan konflik Ukraina masih bisa dihindari. Meskipun Putin telah mengumpulkan lebih dari 100 ribu tentara di perbatasan dua negara.
Dia mendorong Putin melakukan hal benar dan memilih mengurangi ketegangan dua negara. Menurutnya Putin bisa membubarkan pasukan yang sudah disiapkan itu.
“Tuan Putin juga bisa melakukan hal yang benar. Tidak ada alasan situasi ini berubah jadi konflik. Dia bisa memilih mengurangi ketegangan, memerintahkan pasukannya pergi,” kata Austin.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak para pemimpin Barat untuk menghindari “kepanikan” atas penumpukan pasukan besar-besaran Rusia di perbatasan negaranya. Kemarin, dalam pembicaraannnya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Putin menyetujui perlunya de-eskalasi meski tetap menyalahkan Barat yang tak memahami Rusia. [cnbcindonesia]