Nukilan.id – Panglima Laot Sofyan menjelaskan, memasuki bulan Desember 2021 adalah masa-masa Paceklik (musim kekurangan bahan makanan), seperti Ikan di laut. Di bulan Januari sampai Maret disambung dengan masa kemarau, juga akan kekurangan hasil tangkapan nelayan.
Hal ini memang terjadi setiap tahun,” tiba di akhir tahun 2021 mulai memasuki masa paceklik”. Kata Sofyan kepada Nukilan.id di Lampuloe Banda Aceh, Minggu (12/12/2021).
Ia mengatakan, di masa-masa paceklik ini harga ikan dalam 1 kilo mencapai Rp 40 ribu, sedangkan hari-hari sebelum memasuki paceklik, dalam 1 kilo Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu Rupiah.
Menurutnya, saat awak nelayan turun ke laut sebelum masa paceklik, mendapatkan puluhan ton hasil tangkapan ikan, sekarang hanya 1 ton paling lebih sedikit. Dengan kapasitas kapal 120 Gt dan 90 Gt apalagi kapal nelayan yang berukuran kecil, hasil tangkapannya semakin sedikit.
“Sangat berat bagi nelayan turun kelaut dimasa sekarang ini, hasil tangkapan sering mengecewakan. Dengan perjalanan berlabuh di lautan puluhan mil, hasil tidak sebanding dengan pengeluaran yang di keluarkan untuk perlengkapan dan kebutuhan nelayan,” ungkapnya.
“Saat ini, banyak awak nelayan ngangur untuk turun ke laut, karena kurangnya hasil tangkapan ikan. dan ada sebagian nelayan dimasa masa seperti ini, alih profesi dari nelayan menjadi petani untuk sementara waktu,”ucap Sofyan.
Semua Awak nelayan mengeluh saat memasuki masa paceklik.
Oleh karena itu, sangat berharap kepada pemerintah agar bisa menyediakan sarana dan prasarana di pelabuhan lampuloe Kota Banda Aceh, tiba memasuki masa paceklik seluruh nelayan bisa menyimpan ikan, dan harga ikan tetap sama seperti biasa.
Jika tidak ada sarana dan prasana pendukung oleh pemerintah,” ini sangat kewalahan dengan naiknya harga ikan yang begitu tinggi.
“Ini seharusnya yang di prioritaskan oleh pemerintah, ikan adalah bahan kosumsi masyarakat aceh setiap hari, jika sarana tidak memadai maka dimasa seperti ini ikan akan melonjak harga yang tinggi,” tuturnya.[Jr]