Nukilan.id – Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke-II Tingkat Provinsi Aceh tahun 2021 yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Dayah Aceh ejak tanggal 12-17 Oktober 2021 di Komplek Asrama Haji resmi ditutup, Sabtu (16/10/2021) malam.
Acara tersebut ditutup oleh Staf Ahli Gubernur Aceh bidang keistimewaan, sumber daya manusia dan hubungan kerjasama, Drs. Bukhari, MM.
Dalam sambutannya, staf ahli Gubernur Aceh mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia dan peserta yang telah menyukseskan acara MQK II tahun 2021.
“Kami juga mengapresiasi kepada Bupati/Walikota se-Aceh yang telah mendukung kegiatan ini yang telah mengirimkan santriwan dan satriwati terbaiknya dalam rangka mengikuti MQK ke II ini,” ucap Bukhari.
Ia juga mengapresiasi seluruh peserta yang telah tampil dalam berbagai kegiatan lomba, bagi yang mendapatkan predikat juara, jadikan ini sebagai motivasi untuk lebih mendorong dan meningkatkan kecintaan terhadap ilmunya.
“Dan bagi anak-anak kami yang belum mendapatkan juara jadikanlah MQK kali ini sebagai pengalaman yang berharga, maka dari itu janganlah berkecil hati tetaplah untuk lebih giat berlatih,” ujarnya.
Selain itu, Bukhari juga mengucapkan terima kasih kepada dewan hakim yang telah bekerja semaksimal mungkin dalam memberikan penilaian dan dirinya yakin penilian yang diberikan ini sudah sangat objektif.
“Dengan kerja keras para hakim ini, kita sudah mendapatkan santriwan-santriwati terbaik dari cabang-cabang yang di perlombakan MQK ini,” ungkapnya.
Menurutnya, MQK jangan hanya diliat sebagai ajang lomba membaca, menerjemah sekaligus menjelaskan kandungan kitab kuning semata, lebih dari itu MQK ini sangat penting guna memperkokoh kultur akademik keilmuan islam dilingkungan dayah.
Seoerti diketahui, Kitab Kuning sejak dulu sudah menjadi bagian dari intergral dari tradisi keilmuan di dayah-dayah di Aceh. kitab ini menjadi penghubung antar ulama dalam rangkai menyebar penggetahuan keislaman, di dalamnya terdapat beragam pengetahuan, tidak hanya terkandung hukum-hukum tetapi di dalamnya juga terdapat sejarah-sejarah para nabi, ulama dan lain sebagainya.
Di tengah derasnya arus informasi belakangan ini terlihat adanya trend penurunan dalam mengkaji Kitab Kuning, kedepan hal ini bisa berefek pada makin berkurangnya generasi Aceh yang menguasai literatur keislaman khas tersebut.
“Oleh karena itu melalui MQK ini kita gaungkan kembali minat membaca dan mengkaji kitab kuning dikalangan para santri,” pintanya.
Disisi lain, kebiasaan membaca kitab kuning juga harus menyebar ke masyarakat umum, komunitas-komunitas pengajian di luar dayah, selain itu event MQK menjadi ajang silaturrahmii para santri yang berasal dari seluruh kabupaten/kota.
“Kita berharap uqwah islamiah para santri di Aceh tidak pernah putus walaupun berasal dari daerah dan dayah yang berbeda,” kata Bukhari.
Perlu diingat bahwa, para santri telah menjelma sebagi kekuatan yang baru di kalangan generasi muda yang patut diperhitungkan, sebab itu, kekuatan dan kekompakan para santri mutlak diperlukan sebagai salah satu modal dalam membangun Aceh.
Reporter: Hadiansyah