Melihat Seluk Beluk Rumah Adat Aceh, Unik Dibangun Tanpa Paku

Share

Nukilan.id – Rumoh Aceh atau Rumah Adat Aceh dilihat dari depan nampak indah dengan bentuk dan ukirannya. Ornamen yang khas dengan perpaduan kuning, merah, putih dan hijau nampak terukir di depan rumah. Setiap warna yang dipakai mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Aceh.

Rumah dengan model rumah panggung ini kokoh berdiri dengan tinggi tiang antara 2,5-3 meter. Dengan bentuk yang lebar dan tinggi, menariknya Rumoh Aceh dibangun tidak satupun menggunakan paku. Bahkan jenis material bangunan di era modern saat ini. Semua struktrur bangunan rumah adat Aceh terbuat dari alam.

Selain indah, konstruksi rumah adat Aceh memang membuat decak kagum siapapun yang melihatnya. Meski kini rumah adat Aceh jarang dijumpai namun kamu bisa menyasikkannya di beberapa tempat. Salah satunya di kawasan Museum Aceh, Jalan Sultan Mahmudsyah.

©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal

Di Museum ini, rumah adat tradisional Aceh ini memiliki 24 tiang dari pohon kayu yang masih bulat setinggi 3 meter. Bila kamu berjalan di bawahnya, kamu pun tidak harus menunduk. Tiang-tiang penyangga di rumah ini selalu berjumlah genap, sedangkan jumlah anak tangganya selalu berjumlah ganjil.

Dengan model rumah panggung, pada bagian bawah tidak berisi apapun. Sehingga bila terjadi banjir, perabotan rumah dan warga tidak perlu mengungsi dari rumah. Bagian bawah rumah yang disebut yup moh merupakan tempat bermain anak-anak dan sejumlah fungsi lainnya seperti tempat menyimpan padi (Kroeng) paska panen.

Berbanding terbalik dengan bagian bawah rumah, pintu utama Rumoh Aceh tingginya selalu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk.

Keberadaan tangga untuk memasuki rumah adat Aceh bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk naik ke dalam rumah, tetapi juga berfungsi sebagai titik batas yang hanya boleh didatangi oleh tamu yang bukan anggota keluarga atau saudara dekat.

©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal

Menginjakkan kaki di Rumoh Aceh, terlihat luas dan lebar. Rumah yang terbuat dari papan kayu sebagai bahan utama ini terdiri dari beberapa bagian. Serambi depan, serambi tengah, dan serambi belakang. Setiap serambinya memiliki fungsi masing-masing.

Jika biasa berkunjung, akan ada kursi sebagai tempat menjamu tamu. Namun, di rumah ini terlihat lapang tanpa kursi. Biasanya para tamu nanti akan duduk bersila di atas tikar ngom, tikar yang terbuat dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa. Dilapisi dengan tikar pandan. Di sini lah para tamu asyik bercengkrama.

Keberadaan Rumoh Aceh juga untuk menunjukkan status sosial penghuninya. Semakin banyak hiasan pada Rumoh Aceh, maka pastilah penghuninya semakin kaya.

©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal

Atap rumah adat Aceh umumnya terbuat dari rumbia dan ada juga yang menggunakan daun kelapa. Dengan atap ini, bila didalam rumah tidak pernah terasa panas sauna didalam rumah selalu dingin dan bila hujan deraspun tidak pernah kedengaran bising.

Kontruksi Rumoh Aceh juga memiliki sirkulasi udara yang baik, demikian juga pencahayaan yang mudah masuk dalam rumah. Karena Rumoh Aceh memiliki banyak celah dan jendela. Sehingga udara dan cahaya lebih mudah masuk ke seluruh ruangan dari sela-sela atap, dinding dan juga lantai yang terbuat dari papan.

Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan rumahnya dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk memanjang dari timur ke barat, yaitu bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang sakral berada di barat. Arah Barat mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner dengan Ka’bah yang berada di Makkah.

©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad Iqbal

Keunikan rumah adat Aceh terletak pada konstruksinya yang kuat dan dibangun tanpa paku besi. Untuk mengikat antar sendi bangunan, rumah adat Aceh menggunakan semua bahan dari alam yaitu tali ijuk dari serabut batang nira.

Tiang dan lantai itu diikat dengan pasak (bajoe) tanpa menggunakan paku, serta membentuk rigid (kotak tiga dimensional yang utuh). Jumlah tiang penyangga Rumoh aceh juga banyak. Sehingga komponen ini dapat membuat rumah semakin kuat.

Rumah adat Aceh juga tahan akan gempa karena struktur utama kontruksi bangunan yang elastis dan saling mengunci. Kokoh dan tahan getaran dan goyangan. Bila terjadi goyangan seperti gempa, struktur bangunan ini bisa mengikuti arah gerakan tersebut. Setelah goyangan berhenti, bangunan dan kontruksi Rumoh Aceh akan kembali normal. Keren banget ya!. [Merdeka.com]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News