20 Tahun Tsunami Aceh: Perspektif Mahasiswa Luar Daerah yang Berkuliah di Banda Aceh

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Dua dekade telah berlalu sejak bencana tsunami melanda Aceh pada 2004, menyisakan luka mendalam dan pelajaran berharga. Peristiwa itu tidak hanya memengaruhi masyarakat Aceh, tetapi juga menjadi perhatian dunia. Meski demikian, Banda Aceh kini telah bangkit dan menjadi salah satu pusat pendidikan di Indonesia, menarik ribuan mahasiswa dari luar daerah setiap tahunnya.

Namun, pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah mahasiswa dari luar Aceh merasa takut berkuliah di daerah yang pernah mengalami bencana besar dan memiliki potensi bencana berulang ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Nukilan.id mewawancarai sejumlah mahasiswa dari luar daerah yang saat ini menempuh pendidikan di Banda Aceh.

Rian Aditya, mahasiswa asal Yogyakarta yang kini berkuliah di Universitas Syiah Kuala (USK), mengaku sempat ragu untuk melanjutkan studi di Aceh. Awalnya, ia khawatir akan potensi bencana, mengingat sejarah tsunami besar di wilayah ini. Namun, setelah mencari informasi, kekhawatiran itu berangsur hilang.

“Awalnya saya ragu, ada rasa takut juga. Tapi setelah mencari informasi, saya merasa yakin karena ternyata Aceh kini memiliki sistem mitigasi yang jauh lebih baik,” kata Rian saat diwawancarai pada Minggu (29/12/2024).

Rian, yang kini sedang menyelesaikan tugas akhir, menambahkan bahwa pengalamannya tinggal di Banda Aceh selama beberapa bulan membantu menghilangkan kekhawatirannya.

“Masyarakat di sini sangat tangguh dan ramah, sehingga saya merasa aman,” ujarnya.

Hal serupa juga dirasakan oleh Alia Faradila, mahasiswi asal Pontianak. Ia mengaku sempat khawatir untuk melanjutkan studi di Aceh. Namun, setelah mengetahui bahwa pemerintah dan berbagai lembaga internasional telah membangun sistem mitigasi bencana yang lebih baik, ia akhirnya mantap untuk berkuliah di Aceh.

“Saya merasa Aceh jauh lebih siap menghadapi potensi bencana dibandingkan daerah lain. Kami bahkan pernah mendapat pelatihan untuk menghadapi situasi darurat,” jelas Alia.

Menurutnya, Banda Aceh tidak hanya menawarkan pendidikan berkualitas tetapi juga memberikan pengalaman hidup yang sangat bermakna.

“Melihat bagaimana masyarakat Aceh bangkit dari trauma membuat saya termotivasi untuk belajar lebih giat dan berkontribusi di masa depan,” ungkap Alia.

Dua dekade setelah tsunami, Aceh telah menunjukkan kebangkitannya. Keberanian mahasiswa dari berbagai daerah untuk belajar di Banda Aceh adalah bukti bahwa bencana tidak hanya meninggalkan trauma tetapi juga memberikan pelajaran berharga untuk masa depan yang lebih baik. (XRQ)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News