NUKILAN.id | Kuala Simpang – Yayasan Satucita Lestari Indonesia (YSLI) menggandeng kelompok Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan (PS-HKm) dan sejumlah elemen masyarakat untuk menanam 2.100 pohon di pesisir Aceh Tamiang. Kegiatan yang melibatkan berbagai pihak ini dilakukan di dua lokasi, yakni Pantai Ujung Tamiang dan Pantai Pusong Putus, Desa Kuala Pusong Kapal, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang.
“Sebanyak 1.500 mangrove jenis api-api ditanam di Pantai Pusong Putus, sementara 600 pohon cemara ditempatkan di Pantai Ujung Tamiang,” kata Ketua YSLI, Yusriono, Senin (18/11/2024).
Menurut Yusriono, penanaman pohon yang telah dimulai awal November ini bertujuan untuk mencegah abrasi yang semakin mengancam kawasan pesisir. Selain itu, kegiatan ini menjadi langkah penting dalam melindungi habitat spesies tuntong laut, satwa endemik yang menggunakan pantai tersebut sebagai lokasi bertelur.
“Kedua pantai ini adalah pulau pendaratan bagi tuntong laut. Penanaman mangrove dan cemara sangat penting agar ekosistemnya tetap terjaga. Jika pantai rusak akibat abrasi, populasi tuntong laut akan semakin terancam,” ujarnya.
Libatkan Banyak Pihak
Penanaman pohon ini tak hanya dilakukan oleh YSLI dan PS-HKm, tetapi juga melibatkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), perangkat desa setempat, TNI AL Pos Seruway, PT Pertamina EP Rantau, RPH Seruway, hingga masyarakat lokal. Kegiatan ini juga direncanakan berlanjut hingga Desember 2024.
“Kami ingin melibatkan sebanyak mungkin pihak, termasuk masyarakat setempat, agar kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan meningkat,” kata Yusriono.
Harapan Kelestarian Ekosistem
Safrizal, Sekretaris PS-HKm, menyampaikan apresiasinya kepada YSLI yang telah berkontribusi nyata dalam upaya melindungi kawasan pesisir dari ancaman abrasi. Ia menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan ekosistem pantai sebagai habitat utama tuntong laut yang kini di ambang kepunahan.
“Kontribusi ini sangat berarti bagi kami. Dengan menanam mangrove, kawasan HKm terlindungi dari abrasi, sehingga keberlangsungan habitat tuntong laut tetap terjaga,” ujar Safrizal.
Langkah ini diharapkan dapat menjadi contoh nyata bagi upaya pelestarian lingkungan di wilayah pesisir Aceh Tamiang dan sekitarnya. Tidak hanya melindungi ekosistem, kegiatan seperti ini juga menjadi momentum memperkuat kerja sama antara masyarakat, lembaga, dan pihak terkait dalam menjaga lingkungan bersama.
Editor: Akil