NUKILAN.ID | LHOKSUKON – Deru ombak di pesisir Aceh Utara kini bukan lagi pertanda indahnya laut, melainkan ancaman bagi warga yang tinggal di Kecamatan Baktiya Barat, Lapang, dan Seunuddon. Fenomena banjir rob yang terus memburuk setiap tahun perlahan menelan tambak, rumah, hingga fasilitas umum milik warga.
Jika berdiri di bibir pantai Desa Lapang, terlihat jelas bekas genangan air laut yang kian mendekati permukiman. Jarak antara tambak dan rumah warga kini hanya tinggal belasan meter.
“Kejadian ini bukan sekali dua kali, sudah berlangsung bertahun-tahun dan makin parah,” ungkap salah satu warga setempat dikutip dari RRI, Senin (27/10/2025).
“Tambak kami yang punya sertifikat resmi pun kini habis terkikis air laut,” tambahnya dengan nada getir.
Geuchik Paya Bateung, Yuswadi, yang turut mendampingi tim di lokasi, mengatakan bahwa masyarakat telah berulang kali menyampaikan keluhan kepada pihak berwenang.
“Dalam tiga tahun terakhir, banjir rob menghantam desa kami hampir tiap tahun. Banyak bangunan BUMDes dan rumah warga rusak berat. Kami mohon perhatian serius dari pemerintah provinsi dan pusat untuk membangun tanggul laut. Kami butuh perlindungan agar bisa hidup dan berusaha dengan tenang,” ujarnya dengan nada harap.
Camat Baktiya Barat, Andre Prayuda, membenarkan bahwa bencana tersebut sudah dilaporkan ke pemerintah kabupaten. Menurutnya, dampak banjir rob kali ini meluas di sepanjang garis pantai.
“Banjir rob ini tak hanya di satu desa, tapi melanda sepanjang garis pantai dari Seunuddon hingga Lapang. Ada tambak, fasilitas umum, dan rumah warga yang kini terancam hilang jika tak segera ditangani,” jelasnya.
Senada, Camat Lapang, Muzakir, menegaskan bahwa pengerusan pantai telah memasuki tahap kritis.
“Kalau tidak segera dibangun tanggul penahan ombak, bisa jadi tahun depan sebagian besar tambak dan rumah warga tak tersisa lagi,” ujarnya tegas.
Dari sisi adat laut, Panglima Laut M. Hasan, juga menyerukan agar semua pihak melihat persoalan ini sebagai ancaman besar bagi ketahanan ekonomi masyarakat pesisir.
“Ini bukan hanya soal abrasi, tapi soal masa depan nelayan dan tambak rakyat. Kalau pantai hilang, sumber kehidupan mereka pun ikut tenggelam,” katanya.
Di bawah langit mendung dan deburan ombak yang tak pernah reda, warga pesisir Aceh Utara kini hanya bisa menatap laut dengan cemas. Mereka berharap pemerintah segera membangun tanggul sebagai benteng terakhir agar tanah kelahiran mereka tak benar-benar hilang ditelan air asin.






