Wali Nanggroe Sebut Bencana Hidrometeorologi di Aceh Sebagai Tsunami Kedua, Peringatan Serius Kerusakan Lingkungan

Share

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Wali Nanggroe Aceh, Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al-Haythar, menyebut bencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah wilayah di Aceh sebagai “tsunami kedua bagi Aceh”, sebuah peringatan ekologis yang lahir dari kerusakan hutan dan lemahnya tata kelola lingkungan.

“Tsunami pertama air laut naik dan tidak membawa material. Tsunami kedua, air turun dari daratan dan membawa kayu-kayu. Ini pelajaran besar bagi kita semua. Hutan jangan ditebang, dan jangan terlalu banyak menanam sawit,” ujarnya saat menyerahkan 15 ton bantuan kemanusiaan kepada masyarakat terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Aceh Tamiang, Minggu (21/12/2025).

Ia menegaskan bahwa keberadaan hutan Aceh bukan hanya persoalan daerah, tetapi menyangkut kepentingan lintas generasi karena berfungsi sebagai penyangga kehidupan, iklim, dan keanekaragaman hayati.

Dalam konteks pemulihan pascabencana, Wali Nanggroe menekankan bahwa pembangunan Aceh tidak boleh berhenti pada aspek fisik semata, melainkan harus disertai langkah-langkah ekologis strategis, seperti rehabilitasi hutan di wilayah hulu dan daerah aliran sungai (DAS), perlindungan hukum terhadap hutan alam yang tersisa, pemulihan koridor satwa liar, perlindungan spesies endemik dan terancam punah, serta penegakan hukum lingkungan yang konsisten dan transparan.

“Aceh bisa maju tanpa menghancurkan hutannya. Investasi industri hijau dan pembangunan berkelanjutan adalah masa depan Aceh,” tegasnya.

Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu bersama Pemerintah Aceh dalam menghadapi dampak bencana, baik dari sisi kemanusiaan maupun lingkungan.

“Kita harus berdiri bersama, saling membantu dan saling mendoakan, agar para pemimpin kita dikuatkan dalam memimpin Aceh keluar dari ujian ini,” kata Wali Nanggroe.

Selain itu, Wali Nanggroe memastikan akan mengawal komitmen Pemerintah Pusat terkait pemulihan pascabencana, termasuk janji Presiden Republik Indonesia untuk membangun kembali rumah warga, jalan, dan fasilitas umum yang rusak. Ia menegaskan seluruh proses rekonstruksi harus dilakukan secara tangguh bencana, ramah lingkungan, dan berpihak pada masa depan Aceh.

Berdasarkan pantauan Nukilan.id, kunjungan tersebut turut dihadiri Wakil Gubernur Aceh Fadhullah atau Dek Fadh, serta Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Wali Nanggroe, Zulfikar Idris. Kegiatan itu juga dihadiri Staf Khusus Wali Nanggroe, Dr. Muhammad Raviq, serta Khatibul Wali, Abdullah Hasbullah, yang turut terjun langsung ke lokasi terdampak bencana. (XRQ)

Reporter: Akil

Read more

Local News