Wagub Aceh Desak Pemerintah Pusat Segera Realisasikan Kompensasi Korban DOM

Share

NUKILAN.ID | SIGLI — Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, meminta pemerintah pusat agar segera menuntaskan pemberian kompensasi kepada para korban pelanggaran HAM berat di masa Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh. Permintaan itu disampaikan dalam peresmian Memorial Living Park di bekas lokasi Rumoh Geudong, Gampong Bili, Kabupaten Pidie, Kamis, 10 Juli 2025.

“Masyarakat di sekeliling ini merasakan konflik Aceh mulai dari 1976, 1998, kemudian reformasi hingga berlanjut perdamaian, masyarakat sekeliling ini merasakan operasi jaring merah, jaring hijau sampai darurat militer dan sipil, harapan kami berikan kompensasi kepada mereka sesuai janji pak Jokowi saat hadir ke Rumoh Geudong,” kata Fadhlullah.

Menurut Fadhlullah, beberapa hari sebelumnya pihaknya telah menerima 28 perwakilan korban DOM yang menyampaikan aspirasi dan tuntutan kompensasi yang layak. Namun hingga saat ini, belum ada realisasi yang mereka terima.

“Sekian ratus orang yang diajukan namun yang dilaporkan pada kami saat itu mereka belum menerima apapun,” ujarnya.

Fadhlullah juga mengisahkan kenangan pahit yang dialaminya sendiri semasa remaja saat tragedi DOM berlangsung di kawasan Rumoh Geudong. Ia merupakan putra asli Glumpang Tiga, Pidie, wilayah yang menjadi salah satu titik hitam pelanggaran HAM di masa lalu.

“Ini adalah kampung saya, bagaimana kezaliman 30 tahun lalu disini saya ikut menyaksikan, saya dan teman seumuran sering dibariskan TNI pada masa itu,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Fadhlullah mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk mensyukuri perdamaian yang telah diraih, sekaligus terus membangun masa depan Aceh dengan semangat kejujuran dan keterbukaan.

Sebelumnya, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI telah meresmikan Memorial Living Park sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban pelanggaran HAM berat di masa DOM. Dibangun di atas lahan seluas 7.000 meter persegi, taman memorial ini dilengkapi dengan monumen peringatan, taman damai, masjid, ruang edukasi HAM, fasilitas air bersih, dan area publik.

Meski sebagian besar bangunan lama telah diubah, dua peninggalan masa lalu tetap dipertahankan: sebuah tangga dan sumur di dekat gerbang, serta sebuah batu besar yang dijadikan makam simbolis bagi tulang belulang korban yang ditemukan saat proses pembangunan.

Memorial Living Park diharapkan tak hanya menjadi simbol peringatan, tapi juga ruang aman bagi para penyintas dan keluarga korban untuk mengenang, berdialog, serta membangun rekonsiliasi demi masa depan yang lebih adil dan manusiawi di Aceh.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News