NUKILAN.ID | OPINI – Dunia e-commerce telah menghilangkan gesekan dalam berbelanja fisik, tetapi kini menghadapi evolusi berikutnya: menghilangkan gesekan mengetik. Fenomena Voice Commerce (V-Commerce), atau perdagangan suara, terjadi ketika konsumen menggunakan asisten digital (seperti Google Assistant, Siri, atau fitur suara di marketplace) untuk mencari dan membeli produk. Di Indonesia, dengan adopsi smartphone yang tinggi dan budaya lisan yang kuat, V-Commerce adalah gelombang yang tak terhindarkan.
Alasan Voice Commerce Menjadi Keniscayaan di Indonesia
Adopsi V-Commerce didorong oleh faktor perilaku dan teknologi yang kuat di pasar Indonesia. Konsumen yang memahami V-Commerce menuntut Kenyamanan dan Kecepatan (The Speed Imperative) serta pengalaman yang instan. Berbicara jauh lebih cepat daripada mengetik (3-4 kali lebih cepat), memungkinkan konsumen untuk: (1) Multitasking atau Menyelesaikan transaksi sambil melakukan kegiatan lain, (2) Aksesibilitas atau Membantu kelompok dengan disabilitas visual atau motorik yang kesulitan menggunakan antarmuka sentuh atau keyboard, dan (3) Meminimalisir Kesalahan atau Mengurangi typo yang umum terjadi pada layar smartphone kecil.
Alasan lainnya adalah munculnya pergeseran paradigma pencarian, dimana pencarian beralih dari kaku menjadi percakapan. Contohnya Dulu berbentuk teks seperti “beli baju murah Jakarta”, menjadi berbentuk Suara (Voice) seperti “Hai Google, tunjukkan toko yang menjual baju batik bagus dan harganya terjangkau di sekitar Banyumas”. Perubahan dari kata kunci pendek (short-tail) ke frasa panjang percakapan (long-tail conversational keywords) ini memaksa brand untuk mengoptimalkan konten mereka bukan hanya untuk dibaca mesin, tetapi untuk dijawab oleh asisten suara.
Lapangan Pertarungan: Tiga Pemenang Utama Era Suara
Kemenangan di era V-Commerce akan diraih oleh pihak yang menguasai data, menghilangkan gesekan transaksi, dan memiliki identitas suara yang kuat.
- Pemenang 1; Pemain Super App dan E-commerce Raksasa
Platform besar seperti GoTo, Shopee, dan marketplace dominan lainnya berada di posisi terdepan. Mereka memiliki data riwayat pembelian konsumen yang sangat kaya. V-Commerce sangat efisien untuk pembelian berulang (misalnya, bahan makanan, token listrik). Dengan data ini, asisten suara dapat langsung merekomendasikan: “Mau beli produk kopi yang sama seperti minggu lalu? Harganya Rp50.000”. Mereka juga memiliki Integrasi e-wallet (payment gateway) milik sendiri yang memungkinkan transaksi diselesaikan hanya dengan perintah suara, menghilangkan kebutuhan untuk memasukkan PIN atau OTP yang rumit. Pemain Super App dan E-commerce Raksasa juga dapat menghubungkan pembelian suara dengan layanan on-demand (pengiriman, transportasi), menciptakan pengalaman yang seamless dari perintah hingga pengantaran. - Pemenang 2; Produsen FMCG dan Brand yang Bermentalitas Top-of-Mind
Di dunia audio, konsumen hanya mendapatkan satu pilihan produk yang dibacakan asisten suara. Merek yang memenangkan V-Commerce adalah merek yang berhasil menjadi kata kunci generik di benak konsumen. Mereka harus memastikan nama merek mereka menjadi respons standar untuk kategori produk tertentu (misalnya, Aqua untuk air mineral, atau Indomie untuk mi instan). Selain itu Brand perlu berinvestasi dalam menciptakan identitas audio (jingle, nada notifikasi, atau suara khas) yang mudah dikenali dan meninggalkan kesan, karena mereka tidak bisa lagi mengandalkan visual. - Pemenang 3; Bisnis Lokal yang Menguasai Local SEO (Search Engine Optimization)
Pencarian suara sangat didorong oleh konteks lokasi (“dekat saya”). UMKM tidak perlu bersaing dengan anggaran iklan raksasa, tetapi bersaing dalam hal relevansi geografis dan akurasi informasi. Bisnis harus secara disiplin melengkapi dan mengoptimalkan profil Google Business Profile (GBP) mereka (jam operasional, alamat, kategori, dan ulasan) agar dapat direkomendasikan secara cepat oleh asisten suara ketika konsumen mencari layanan terdekat.
Taktik Pemasaran Digital Jitu Voice Search Engine Optimization (VSEO)
Untuk memenangkan era ini, praktisi harus mengubah fokus dan skill set mereka, seperti:
- Fokus pada Long-Tail Conversational Query: Ubah riset keyword menjadi riset pertanyaan. Konten harus dirancang untuk langsung menjawab pertanyaan lisan yang panjang (misalnya, membuat bagian FAQ yang mendalam).
- Optimasi Featured Snippets: Karena asisten suara hanya membacakan satu jawaban, targetkan untuk mendominasi Position Zero (Featured Snippet) dengan menyusun jawaban yang ringkas (di bawah 30 kata) dan otoritatif.
- Prioritas Kecepatan Mobile: Kecepatan loading situs adalah metrik VSEO yang penting. Asisten suara tidak akan menunggu. Optimasi mobile-first dan kecepatan di bawah 3 detik adalah wajib.
- Integrasi Platform: Jangan hanya mengandalkan traffic ke situs, tetapi integrasikan katalog produk langsung ke Google Assistant atau smart device lain agar transaksi dapat terjadi di mana saja.
- Pengembangan Voice Identity: Brand harus memiliki suara khas—dari nada respons chatbot hingga jingle—agar mudah dikenali tanpa perlu dilihat.
Voice Commerce adalah evolusi menuju antarmuka tanpa layar (Zero UI). Gelombang ini memberikan peluang bagi perusahaan yang gesit dan tantangan besar bagi mereka yang hanya terpaku pada SEO tradisional. Pemenangnya adalah mereka yang menguasai data, mengurangi gesekan hingga nol, dan berhasil berbicara dalam bahasa konsumen—baik secara harfiah maupun teknis. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam strategi VSEO sebelum pasar sepenuhnya bergeser dari mengetik ke berbicara.
Oleh: Zulfikri Dwi Sahputra – Magister Manajemen Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)






