NUKILAN.id | Banda Aceh – Ulama muda Aceh yang juga alumnus Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, Ustaz Masrul Aidi menyampaikan bahwa terdapat kebiasaan pelaksanaan ibadah Salat Isya dan tarawih di Aceh yang terkesan terburu-buru, karena sangat berdekatan waktunya dengan momen buka puasa dan Salat Maghrib.
Masrul Aidi menyarankan agar azan Isya bisa ditunda selama satu jam untuk agar ada waktu jeda sejenak usai berbuka puasa. Karenanya, diharapkan kepada masjid-masjid utama di Aceh, terutama Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan masjid agung di kabupaten/kota, untuk mengumumkan pelaksanaan azan Isya pada pukul 21.00 WIB atau pukul 9 malam, dan ini dapat dimulai dari Ramadan 1445 Hijriah tahun ini.
Usulan dari Ustaz Masrul Aidi tersebut menuai beragam respons dari kalangan muda di Aceh. Dalam menyikapinya, Nukilan.id mencoba melakukan wawancara dengan sejumlah muda mudi Aceh untuk memberikan pandangan mereka terkait usulan tersebut.
Menurut Siti Rahma, menunda waktu azan Isya selama satu jam akan memberikan manfaat bagi umat Islam untuk lebih leluasa dan tidak tergesa-gesa dalam menjalankan ibadah selama bulan suci Ramadan. Namun, dia juga menekankan perlunya dialog lebih lanjut dengan masyarakat untuk memastikan keputusan ini diterima secara luas.
“Keputusan ini sebaiknya diambil setelah melalui diskusi yang mendalam melibatkan berbagai pihak, termasuk tokoh agama, akademisi, dan masyarakat luas. Karena setiap kebijakan memiliki dampak yang beragam,” kata seorang mahasiswi salah satu universitas di Banda Aceh tersebut kepada Nukilan.id, Jumat, (15/3/2024).
Sementara itu, Rizky Ramadhan, menyatakan bahwa menunda azan Isya satu jam tidak sepenuhnya praktis. Dia mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat Aceh telah terbiasa dengan waktu azan yang telah ditetapkan, dan perubahan seperti ini mungkin menimbulkan kebingungan di awal implementasinya.
“Saya berpendapat bahwa kita juga harus memperhatikan kenyamanan masyarakat secara keseluruhan dalam menjalani aktivitas sehari-hari,” kata Rizky Ramadhan.
Pendapat yang berbeda datang dari Nadia, yang merasa bahwa usulan tersebut sebaiknya didukung sebagai upaya untuk meningkatkan kekhusyukan umat Islam dalam beribadah. Nadia mengaku bahwa, selama ini dirinya merasa terburu-buru karena dekatnya waktu Salat maghrib dan Salat isya.
“Sebagai seorang Muslim, kita harus menghormati dan mendukung pendapat ulama. saya berpendapat pemerintah bisa mengakomodir pendapat beliau untuk didiskusikan,” kata Nadia.
Sementara itu Ahmad Fauzi, berpendapat bahwa penundaan azan salat isya sebaiknya hanya 30 menit. Dirinya berpendapat bahwa penundaan azan isya selama satu jam tidak efektif dilakukan.
“Saya sangat setuju dengan Ustaz masrul, akan tetapi cukup 30 menit saja. kalau sampai satu jam lamanya orang sudah jadi malas,” kata Ahmad Fauzi.
Usulan dari Ustaz Masrul Aidi tersebut menimbulkan perdebatan yang menarik di kalangan masyarakat Aceh, khususnya di antara kalangan muda. Meskipun pandangan mereka beragam, satu hal yang jelas adalah perlunya dialog dan konsultasi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan yang dapat memengaruhi praktik keagamaan masyarakat secara luas.
Reporter: Akil Rahmatillah
Editor: Akil Rahmatillah