Ustaz Enzus Dorong Peran Aktif Orang Tua untuk Cegah Kekerasan Anak di Lembaga Pendidikan

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Isu kekerasan di lingkungan pesantren kembali menjadi perhatian publik. Kasus kekerasan yang melibatkan santri, baik antar sesama santri maupun antara guru dan murid, semakin memprihatinkan. Kekhawatiran masyarakat meningkat, terutama karena banyak pesantren yang masih menerapkan sanksi fisik dalam mendisiplinkan santri.

Hal ini memunculkan pertanyaan besar tentang dampak negatif kekerasan terhadap pendidikan karakter dan kesehatan mental anak-anak di lingkungan pendidikan berbasis agama ini.

Fenomena kekerasan di pesantren tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski pesantren dikenal sebagai tempat yang mengutamakan nilai-nilai moral dan pendidikan agama, namun kasus-kasus kekerasan yang terjadi menunjukkan bahwa sistem pengawasan di beberapa pesantren masih perlu dibenahi.

Banyak pihak, terutama orang tua, mulai mempertanyakan bagaimana seharusnya pesantren menyeimbangkan pendidikan agama dan kedisiplinan tanpa melanggar hak-hak anak.

Dalam wawancara eksklusif dengan Nukilan.id, Ustaz Enzus Tinianus, dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (USK), memberikan pandangannya mengenai fenomena ini serta menawarkan nasihat penting bagi para orang tua dan pendidik untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak dalam proses pendidikan.

Ustaz Enzus menyoroti bahwa salah satu faktor paling berbahaya dalam pendidikan anak adalah praktik bully atau perundungan. Menurutnya, perundungan bisa menghancurkan mental anak-anak jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, orang tua harus selalu terbuka terhadap anak-anak mereka.

“Jika anak memiliki masalah, dorong mereka untuk segera melaporkannya kepada orang tua atau pihak sekolah,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa orang tua harus bersikap tegas namun tidak berlebihan.

“Orang tua juga jangan terlalu cengeng, sedikit-sedikit marah pada anaknya. Ini bukan pendekatan yang tepat,” tegas Ustaz Enzus.

Selain itu, Menurut Ustaz Enzus, lembaga pendidikan, termasuk pesantren, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan tidak ada kekerasan atau perundungan di lingkungan mereka. Salah satu solusi yang ia tawarkan adalah adanya guru pengontrol yang cukup di setiap pesantren.

“Misalnya, jika pesantren memiliki 500 santri, minimal harus ada lima orang guru pengontrol yang siap sedia di lapangan,” katanya.

Ia menambahkan bahwa sering kali kekerasan terjadi karena tidak adanya pengawasan yang memadai, terutama dalam hal senioritas.

“Di beberapa pesantren, senior sering kali diberi wewenang untuk menjadi pengontrol atau memberikan hukuman. Ini salah besar. Tidak boleh ada senior yang memberikan hukuman kepada junior,” ujar Ustaz Enzus dengan tegas. (XRQ)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News