NUKILAN.ID, BANDA ACEH –Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP Aceh) terus berupaya mempercepat realisasi investasi di daerah melalui penyiapan proyek yang matang dan bebas hambatan. Sebagai langkah strategis, DPMPTSP Aceh menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Aceh Global Sustainable Investment Dialogue (AGASID) 2025 yang dibuka secara resmi di Ballroom The Pade Hotel, Aceh Besar, Senin (24/11/2025),.
Kepala DPMPTSP Aceh, Marwan Nusuf, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi mendalam kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh. Menurutnya, dukungan penuh dari BI Aceh sangat krusial dalam terselenggaranya forum strategis ini guna mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bank Indonesia Perwakilan Aceh yang telah membantu dinas dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Kolaborasi ini adalah bukti sinergi nyata untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif,” ujar Marwan Nusuf di sela-sela pembukaan acara,.
Marwan menegaskan bahwa FGD ini bukan sekadar seremoni, melainkan upaya konkret untuk mengurai benang kusut birokrasi investasi (debottlenecking) yang selama ini menjadi penghambat,. Ia menekankan pentingnya percepatan implementasi proyek investasi di Aceh agar berstatus Clean and Clear dalam bentuk Investment Project Ready to Offer(IPRO).
“Target kita jelas, yaitu memastikan kesiapan proyek-proyek investasi strategis Aceh memenuhi standar IPRO. Kita ingin menawarkan proyek yang benar-benar siap, baik secara administrasi maupun teknis, sehingga investor tidak ragu menanamkan modalnya,” tegas Marwan.
Dalam FGD yang mengusung tema “Aceh on the Rise: A Leading Destination for Investment toward Inclusive Growth”, ini, pembahasan difokuskan pada dua proyek strategis utama, yaitu pengembangan Lhoknga Golf Course & Marine Sport Resort serta Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong,.
Pada sesi pertama, diskusi menyoroti revitalisasi Lhoknga Golf Course di Aceh Besar. Kawasan seluas 57 hektare yang status lahannya telah dinyatakan clean and clear ini dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata olahraga dan resor terpadu, mengingat lokasinya yang strategis dekat dengan pantai Lampuuk dan hanya berjarak 16 km dari pusat kota Banda Aceh. Namun, kondisi fasilitas saat ini dinilai masih memerlukan pembenahan signifikan akibat kurangnya perawatan.
Sementara itu, sesi kedua membahas optimalisasi Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong. Kawasan ini diproyeksikan sebagai pusat industri halal, logistik, dan manufaktur dengan luas lahan tersedia saat ini mencapai 71,4 hektare. Pemerintah Aceh melalui PT Pembangunan Aceh (PEMA) bahkan menawarkan insentif menarik berupa gratis sewa lahan selama 10 tahun bagi investor yang masuk selama periode promosi hingga Desember 2025.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan dari PT PEMA, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BAPPEDA, serta tim ahli penyusun studi kelayakan,.
Melalui FGD ini, diharapkan hambatan-hambatan teknis maupun regulasi pada kedua proyek tersebut dapat diselesaikan. “Dengan proyek yang feasible dan akuntabel, kita optimistis Aceh dapat menarik lebih banyak investor yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup Marwan.





