NUKILAN.id | Calang – Universitas Teuku Umar (UTU) kembali menunjukkan komitmennya untuk mendukung sektor perikanan di wilayah barat Indonesia. Melalui program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset, UTU memperkenalkan teknologi bubu dasar berbahan lokal sebagai alternatif alat tangkap yang ramah lingkungan bagi nelayan di Lhok Kuala Daya, Kabupaten Aceh Jaya.
Kegiatan yang berlangsung pada 3-4 Oktober 2024 ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kesejahteraan nelayan kecil sekaligus melestarikan ekosistem laut. Dr. Muhammad Rizal, ketua pelaksana kegiatan, menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari Hibah PKMBR (Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Riset) yang didanai oleh UTU melalui kontrak pendanaan dengan Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Penjaminan Mutu Pendidikan UTU.
Kegiatan PKMBR yang dilaksanakan oleh UTU melibatkan serangkaian aktivitas, mulai dari pelatihan pembuatan hingga pengoperasian bubu dasar di perairan laut Lhok Kuala Daya. Sajali, Panglima Laot Lhok Kuala Daya, mengapresiasi inisiatif ini karena memberikan nelayan keterampilan baru dalam membuat bubu sebagai alat tangkap alternatif.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi nelayan, karena sekarang mereka memiliki keterampilan baru dan dapat menggunakan bubu sebagai alat tangkap selain jaring insang dan pancing ulur,” ujar Sajali.
Bubu dasar sendiri adalah alat tangkap ikan yang ramah lingkungan, dengan keunggulan hasil tangkapan berupa ikan ekonomis penting, seperti ikan karang dan demersal, hingga moluska seperti sotong batok. Selain itu, ikan yang tertangkap menggunakan bubu dasar cenderung dalam kondisi hidup sehingga yang tidak layak tangkap dapat dikembalikan ke laut.
“Hal ini sangat penting untuk keberlanjutan ekosistem laut di Lhok Kuala Daya,” jelas Hafinuddin, S.Pi., M.Sc., dosen Prodi Perikanan FPIK UTU yang juga anggota tim pelaksana kegiatan.
Selain ramah lingkungan, penggunaan bubu dasar juga dinilai lebih efisien dan efektif dari segi waktu dan biaya operasional. Hafinuddin menambahkan bahwa metode ini mampu menekan biaya operasional melaut dan memberikan hasil yang maksimal, sehingga dapat meningkatkan penghasilan nelayan kecil.
“Kami berharap teknologi bubu dasar ini dapat menjadi alternatif yang menjanjikan untuk alat tangkap yang lebih efisien dan menguntungkan bagi para nelayan,” kata Hafinuddin.
Tak lupa, Panglima Laot Lhok Kuala Daya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Rizal dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UTU atas dukungan mereka terhadap para nelayan kecil di Lhok Kuala Daya.
“Kami sangat berterima kasih atas bantuan dan pendampingan yang terus diberikan UTU. Semoga ke depan lebih banyak lagi kegiatan serupa yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan,” pungkas Sajali.
Upaya UTU dalam memberdayakan nelayan kecil di Aceh Jaya ini diharapkan dapat menjadi contoh nyata kolaborasi perguruan tinggi dan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan, khususnya di sektor perikanan.
Editor: Akil