Tumbuhkan Minat Baca Anak Melalui Perpustakaan Desa

Share

*Oleh: Roja Saswita

Membaca adalah salah satu kegiatan menyenangkan bagi sebagian orang. Namun, membaca juga merupakan kegiatan yang sangat membosankan bagi sebagian besar orang. Di Indonesia minat baca masyarakat sangat rendah, menurut data dari UNESCO minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan hanya 0,001% itu artinya dari 1.000 orang Indonesia cuman ada 1 yang membaca.

Hal ini tentu sangat malu, seperti kita tahu Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomer 4 di dunia setelah Cina, India, Amerika Serikat, dengan jumlah penduduk yang banyak seperti itu harusnya masyarakat Indonesia tergolong ke dalam negara dengan angka minat baca tertinggi. Namun, faktanya tidak sampai 1% minat baca masyarakat Indonesia hal ini tentu membuat malu kita terhadap tetangga kita Malaysia.

Ternyata minat baca masyarakat Malaysia jauh lebih unggul daripada Indonesia. Malaysia unggul dalam minat baca karena pemerintah negara itu mencanangkan gerakan Malaysia membaca dan dilaksanakan mulai tingkat pimpinan negara.

Anak-anak merupakan masa emas membentuk kebiasaan rajin membaca. Kebiasaan membaca ini harus dimulai dari masa anak-anak agar mereka terbiasa dengan namanya membaca. Pada zaman modern saat ini, anak-anak sangat terbiasa dengan smartphone, sehingga sangat jarang kita lihat anak-anak sekarang memegang buku apalagi membacanya mereka justru sibuk memegang dan memainkan gadget di tangan mereka.

Kebiasaan ini justru tidak baik bagi perkembangan mereka. Seperti yang kita tahu bahwa smartphone merupakan alat komunikasi super canggih yang tidak bisa dilepaskan kehadirannya saat ini dari anak-anak hingga dewasa semua orang menggunakan benda canggih tersebut.

Minat baca menjadi kunci penting bagi kemajuan suatu bangsa karena penguasaan Iptek hanya dapat diraih dengan minat baca yang tinggi, bukan dari kegiatan menyimak atau mendengar, sebagai contohnya Para petani di pedesaan akan mampu membuat tanamannya menjadi subur dan berproduksi melimpah ruah karena mendengarkan pengarahan dari petugas penyuluhan, namun mereka tidak akan dapat menghasilkan bibit unggul dan menciptakan teknologi pertanian yang canggih kalau tidak membaca.

Minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi (gairah) untuk membaca (Siregar, 2004 ). . Definisi itu sejalan dengan pendapat Darmono yang menyatakan bahwa minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca (Darmono, 2001: 182). Minat baca tumbuh dari pribadi masing-masing seseorang, sehingga untuk meningkatkan minat baca perlu kesadaran setiap individu. Oleh karena itu minat baca menduduki posisi penting bagi kemajuan suatu bangsa.

Laporan bank Dunia no.16369-IND (Education in Indonesi from Crisis to recovery) menyebutkan bahwa tingkat membaca usia kelas VI Sekolah Dasar di Indonesia hanya mampu meraih skor 51,7 di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1) dan Singapura (74,0).Data Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang menjadikan baca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9% dan mendengarkan radio 40,3%.

Penyebab Rendahnya Minat Baca

Kebiasaan membaca bukan budaya turun temurun yang diwariskan nenek moyang pada generasi sekarang ini. Pada tahun 1960-an minat baca generasi muda sebenarnya sudah lumayan baik, meskipun masih sebatas pada bacaan ringan. Anak-anak muda dalam segala kegiatan banyak yang membawa komik atau novel dan setelah dibaca kemudian saling menukar dengan temannya.

Taman bacaan bermunculan di setiap kota, menyewakan bacaan novel maupun komik. Tokoh novel menjadi bahan pembicaraan pada saat mereka berkumpul. Namun gairah minat baca menjadi menurun ketika hadirnya berbagai media elektronik seperti televisi, para anak-anak maupun remaja beralih dari kegiatan membaca buku ke menonton televisi, kegiatan yang dahulu membaca beralih ke mendengar dam menyaksikan tayangan televisi. Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya minat baca pada anak seperti yang di utarakan oleh hardjoprakorsa (2005:145)

• Pemerintah dan swasta dengan lembaga pendidikannya, para guru kurang memotivasi para anak didiknya untuk membaca buku-buku selain buku pelajaran.

• Para orang tua tidak memberi dorongan kepada anak untuk mengutamakan membeli buku dari pada mainan, alat pandang dengar. Mereka biasanya kurang mengetahui jenis buku yang sesuai dan disukai anak, dan mereka biasanya juga kurang memperkenalkan perpustakaan kepada anak-anak

• Para penerbit media cetak memasang harga buku yang bermutu terlalu tinggi, sehingga tak terjangkau oleh masyarakat luas • Para pengarang, penyadur dan penerjemah yang semakin berkurang, karena royalti yang tidak menentu dan masih terkena PPH.

• Perpustakaan Umum yang jumlahnya belum mencukupi di tiap Provinsi untuk melayani masyarakat.

Upaya Menumbuhkan Minat Baca

Upaya dalam meningkatkan minat baca tidak dapat dibebankan hanya pada keluarga, masyarakat, ataupun lembaga pendidikan saja. Aspek keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca. Ketiga aspek itu perlu dilakukan bersamaan. Guru dan pustakawan berperan penting dalam meningkatkan minat baca baca peserta didik maupun masyarakat. Agar dapat berperan meningkatkan minat baca, guru an pustakawan harus mempunyai minat baca yang tinggi.

Lingkungan Rumah

Sebagian besar waktu anak adalah di rumah, berkumpul bersama keluarga. Untuk meningkatkan minat baca dapat dimulai sejak anak masih balita belum dapat membaca. Dalam hal ini peran keluarga sangat penting. Kegiatan yang dapat dilakukan di tengah keluarga adalah (1) mendongeng; (2) tersedianya bacaan di rumah, (3) mendiskusikan isi buku yang dibaca, (4) mengunjungi toko buku, (5) membiasakan memberi hadiah buku.

Lingkungan Sosial

Minat baca anak dapat ditingkatkan berdasarkan hubungan sosial pembaca sebagai anggota masyarakat. Apabila tokoh-tokoh masyarakat dapat memberi keteladanan dalam minat baca, hal ini akan berpengaruh positif pada masyarakat. Minat baca masyarakat bisa dirintis melalui perpustakaan perpustakaan kecil di tempat-tempat pertemuan (berkumpul) masyarakat, seperti di masjid (perpustakaan masjid), di kantor desa, di pasar, di terminal, bandara, dan sebagainya.

Hadirnya Perpustakaan Desa Untuk Meningkatkan Minat Baca Anak

Seperti yang dibahas sebelumnya untuk meningkatkan minat baca diperlukan kesadaran sejak dini tentang pentingnya membaca untuk meningkatkan kualitas manusia, namun kebiasaan tersebut harus juga didorong oleh orang sekitar salah satunya desa. Desa merupakan pemerintahan terkecil dari susunan pemerintah dari provinsi dan yang paling kecil adalah desa.

Meningkatkan minat baca juga harus dimulai dari hal terkecil salah satunya membangun perpustakaan desa dengan adanya perpustakaan desa dapat meningkatkan minat baca bagi anak-anak yang ada di desa tersebut. Buku -buku yang di dapat adalah buku sumbangan para donatur atau pun diperoleh dari anggaran desa, dengan adanya perpustakaan di dalam desa sendiri mampu membangkitkan gairah membaca bagi anak-anak.

Desa ujung tanah yang terletak di kecamatan samadua, kabupaten Aceh Selatan mempunyai perpustakaannya sendiri, perpustakaan tersebut dikelola oleh salah satu warga yang juga sekaligus kepala TPA yang ada di desa tersebut, dia mengatakan “buku-buku di perpustakaan sederhana ini diperoleh dari sumbangan dan beberapa juga dibeli pribadi oleh saya” perpustakaan ini mudah mudahan dapat bermanfaat bagi anak-anak ataupun masyarakat yang ada di desa ini, dia mempersilahkan siapa saja orang yang ingin membaca buku di perpustakaan ini, baik orang dari desa ini sendiri ataupun dari desa lainnya juga boleh tuturnya.

Itulah beberapa cara agar minat baca anak-anak meningkatkan salah satunya mendirikan perpustakaan di desa. Mudah mudahan minat baca masyarakat Indonesia mening.

Penulis adalah Mahasiswi Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Aceh Barat

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News