Tren Bencana di Aceh Meningkat, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Serius

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Fenomena bencana hidrometeorologi di Aceh mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kepala Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda, Nasrol Adil, S.Si, MT, mengungkapkan bahwa tren ini tidak lagi bersifat linear, melainkan eksponensial sejak 2017.

Dikutip dari RRI Banda Aceh, Rabu (6/2/2025), Nasrol menjelaskan bahwa perubahan iklim memiliki peran besar dalam meningkatnya intensitas dan frekuensi bencana di Aceh. Sejak menjadi observer cuaca di BMKG pada 1997, ia telah menyaksikan berbagai perubahan iklim yang semakin ekstrem, terutama setelah bencana tsunami serta periode 2010 hingga 2017.

Hasil penelitian yang dilakukan bersama Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) sejak 2014 juga mengonfirmasi tren ini. Pola curah hujan ekstrem semakin sering terjadi, yang berdampak langsung terhadap meningkatnya risiko bencana seperti banjir bandang.

Menurut Nasrol, perubahan iklim juga mempengaruhi struktur vegetasi di Aceh, yang berkontribusi pada tingginya risiko banjir bandang. Ia menekankan bahwa “banjir bandang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan tsunami, terjadi secara tiba-tiba dan sulit diprediksi. Jika banjir biasa dapat dipantau dengan meningkatnya ketinggian air, maka banjir bandang bisa langsung menyapu wilayah dalam hitungan detik.”

Lebih lanjut, ia membagi Aceh menjadi tiga zona utama berdasarkan potensi bencana, yakni Wilayah Barat-Selatan, Wilayah Pegunungan (meliputi Gayo Lues, Blangkejeren, dan Takengon), serta Wilayah Utara-Timur.

Nasrol juga menyoroti hubungan antara gempa bumi dan potensi bencana lainnya. “Saat ini, kita tidak hanya menghadapi satu jenis bencana, tetapi sudah memasuki era multi-hazard. Misalnya, jika terjadi gempa di Aceh Barat-Selatan, maka wilayah Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan sekitarnya berpotensi mengalami banjir bandang terutama jika curah hujan tinggi,” katanya.

Untuk menghadapi kondisi ini, BMKG terus mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Salah satu langkah mitigasi yang disarankan adalah meningkatkan kesadaran terhadap pola cuaca serta memperhatikan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, seperti penggundulan hutan dan perubahan tata guna lahan.

“Aceh Tenggara sudah beberapa kali mengalami banjir bandang, dan ke depan kita harus lebih siap menghadapi berbagai potensi bencana dengan sistem peringatan dini yang lebih baik,” pungkas Nasrol.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News