Nukilan.id – Sehari setelah Hari Raya Nyepi kegiatan tradisi dan budaya banyak digelar di Pulau Bali. Salah satunya Tradisi Mebuug Buugan. Tradisi ini sempat hilang dan kembali dilaksanakan 2015 silam. Pengen tahu lebih dalam tradisi ini, yuk simak ulasannya.
Tradisi Desa Kedonganan
Tradisi Mebuug Buugan merupakan tradisi mandi lumpur yang diikuti masyarakat Kedonganan yang terdiri dari enam banjar desa adat sehari setelah Hari Raya Nyepi.
Desa adat Kedonganan berlokasi di Kabupaten Badung, enggak jauh dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.
Ritual sakral ini diawali dengan berdoa bersama di Bale Agung setelah itu semua warga baik pria-wanita, tua-muda berbondong-bondong menuju hutan mangrove yang enggak jauh dari Desa Kedonganan.
Tiba di hutan mangrove mereka mulai melaksanakan ritual mandi lumpur. Ada pula yang beredam dan saling menggosokkan lumpur ke tubuh satu sama lain.
Usai mandi lumpur mereka bersama-sama melewati jalan by Pass Ngurah Rai menuju pantai Kedonganan untuk mandi dan membersihkan diri.
Tradisi ini bertujuan sebagai pembersihan diri dari hal negatif atau hal-hal buruk yang pernah dilakukan sebelumnya. Mebuug Buugan enggak hanya penyucian diri namun juga sebagai bentuk ucapan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kesuburan tanah.
Sempat hilang selama 60 tahun
Tradisi ini sempat vakum selama lebih dari 60 tahun karena letusan Gunung Agung tahun 1963, dan saat terjadi peristiwa pembantaian G30S PKI.
Pada 2015 silam pemuda Desa Adat Kedonganan yang merasa memiliki tradisi asli desanya itu akhirnya kembali menghidupkan Mebuug Buugan yang sekian lama vakum. Akhirnya setiap tahunnya Mebuug Buugan rutin dilaksanakan dalam serangkaian Hari Raya Nyepi.
Nah buat kamu yang penasaran dan ingin menyaksikan tradisi Mebuug Buugan dan budaya lainnya, awal Maret yakni 1-4 Maret menjadi waktu yang tepat untuk berlibur ke Bali sambil menyaksikan rangkaian tradisi budaya di sejumlah desa-desa adat di Bali. [indozone]