NUKILAN.id | Banda Aceh – Menjelang Ramadan 1446 H, masyarakat Gampong Durian Kawan, Kecamatan Kluet Timur, Kabupaten Aceh Selatan, tetap mempertahankan tradisi leluhur mereka: pembuatan dan penyajian lemang.
Zardan Salihin, salah satu warga setempat, mengatakan bahwa tradisi ini dilakukan tiga hari sebelum awal Ramadan dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Kluet.
“Lemang bukan sekadar makanan, tapi bagian dari warisan budaya kita yang harus dijaga dan dilestarikan,” ujarnya dengan penuh kebanggaan saat diwawancarai Nukilan.id pada 26 Februari 2025.
Menurut Zardan, keluarganya selalu membuat lemang setiap tahun sebagai bagian dari persiapan menyambut bulan suci.
“Ini sudah menjadi tradisi turun temurun di keluarga kami,” katanya.
Tradisi ini semakin menarik dengan adanya dua jenis lemang yang biasa dibuat oleh masyarakat Kluet, yaitu lemang ketan dan lemang gadung. Lemang ketan terbuat dari beras ketan yang dimasak bersama santan dan dibungkus dalam daun pisang, sedangkan lemang gadung menggunakan ubi kayu sebagai bahan utama, yang juga dimasak dengan santan dan dibungkus dalam daun pisang.
“Kedua jenis lemang ini memiliki cita rasa yang berbeda, namun keduanya sama-sama lezat dan disukai oleh banyak orang,” tambah Zardan sambil tersenyum.
Tak hanya sekadar hidangan khas Ramadan, lemang juga menjadi simbol kebersamaan. Warga kerap bertukar lemang dengan sanak saudara sebagai bentuk kehangatan dan keramahan.
“Kami dengan senang hati mengantarkan lemang sebagai tanda kehangatan dan keramahan kami kepada sanak family. Ini adalah bagian dari tradisi kebersamaan dan persaudaraan yang kami bangun di sini,” ujarnya.
Lebih dari sekadar kuliner, tradisi pembuatan lemang menjelang Ramadan menjadi sarana mempererat hubungan antarwarga. Nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan yang melekat dalam budaya masyarakat Aceh Selatan terus terjaga, menjadikan tradisi ini tetap hidup di tengah arus modernisasi. (XRQ)
Reporter: AKil