NUKILAN.id | Feature – Angin sepoi-sepoi berembus lembut di sela dedaunan yang rimbun, menghadirkan suasana sejuk dan menyenangkan. Di ujung cakrawala, cahaya senja mulai muncul, memancarkan kehangatan bagi para pengunjung Taman Putroe Phang.
Taman ini begitu asri. Keberadaan kolam di tengah taman yang dikelilingi pepohonan rimbun menambah kesan nyaman dan sedap dipandang mata. Sangat cocok untuk bersantai dan menghilangkan penat setelah berkutat dengan hiruk-pikuk kota.
Taman yang didirikan oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) untuk Putri Kamaliah (Putroe Phang) dari Kerajaan Pahang, Malaysia, ini memiliki desain melingkar dengan dua jembatan besi yang menghubungkan kolam. Di tengahnya berdiri bangunan bersejarah berwarna putih yang menambah pesona taman.
Di satu sudut taman, dua kakak beradik, Zyiean (11) dan Bintang (8), tampak berlari riang tanpa memedulikan riuh rendah suara kendaraan yang melintas di kejauhan. Hari itu, Sabtu, 2 November 2024, mereka datang untuk menikmati indahnya senja bersama orang tua mereka, yang mengawasi dari kejauhan.
Sang ibu, Rosnelli, menjelaskan bahwa ia sengaja memilih Taman Putroe Phang sebagai tempat rekreasi keluarga. Selain nyaman, tempat ini juga menjadi ajang edukasi sejarah bagi kedua anaknya.
“Jadi bukan hanya bermain, tapi anak-anak juga bisa belajar tentang sejarah Aceh,” ujar Rosnelli.
Tak lama kemudian, Zyiean dan Bintang menghampiri ibunya, napas mereka tersengal setelah berlarian ke sana kemari.
“Adek, di tempat ini dulu, pada masa Sultan Iskandar Muda, adalah tempat Putri Pahang beristirahat setelah berenang. Namanya monumen Pinto Khop,” jelas Rosnelli.
Pinto Khop, gerbang kecil berkubah yang menghubungkan taman dengan istana, masih terawat hingga kini. Gerbang ini berfungsi sebagai tempat beristirahat Putroe Phang setelah berenang, serta tempat dayang-dayang merawatnya. Aliran air jernih yang mengisi kolam di taman ini berasal dari Krueng Daroy, atau Sungai Darul Ashiqi.
Sejarah mencatat bahwa taman ini dibangun sebagai bentuk cinta Sultan Iskandar Muda kepada Putri Pahang agar ia tidak merasa kesepian saat sang sultan sibuk menjalankan pemerintahan. Pembangunan taman ini konon merupakan permintaan Putroe Phang, putri dari Kerajaan Pahang yang dibawa ke Aceh oleh Sultan setelah penaklukan kerajaan tersebut.
Selain berfungsi sebagai taman kota atau ruang terbuka hijau yang mempercantik kota, Taman Putroe Phang juga dimanfaatkan warga Banda Aceh sebagai tempat berolahraga.
“Kadang banyak orang yang datang ke sini untuk jogging. Tempatnya cocok karena udaranya sejuk,” ujar Rio, seorang warga Ulee Kareng yang kerap memanfaatkan waktu senggangnya dengan berjogging di taman ini.
Selain untuk bersantai, Taman Putroe Phang sering menjadi spot favorit bagi komunitas pecinta fotografi. Lanskap taman yang indah menjadikannya tempat ideal untuk hunting foto, bahkan untuk prewedding.
Wulan, salah satu pengunjung taman, mengaku sering datang ke sini untuk mengerjakan tugas bersama teman-teman kuliahnya.
“Walaupun agak jauh dari rumah, saya betah di sini. Pohonnya rimbun, jadi tidak panas, dan cocok untuk bersantai setelah aktivitas kuliah,” katanya sambil duduk santai di bangku yang tersedia di pinggir kolam.
Taman Putroe Phang terletak strategis di tengah Kota Banda Aceh, tepatnya di Gampong Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman. Selain sebagai ruang publik, taman ini merupakan jejak kecil dari kejayaan Kesultanan Aceh. Taman Putroe Phang bersama beberapa situs sejarah di sepanjang Sungai Krueng Daroy menjadi bagian dari kompleks besar Istana Kesultanan Aceh.
Meskipun tidak dipungut biaya masuk, taman ini menyediakan berbagai fasilitas, seperti area bermain anak dengan ayunan, seluncuran, jembatan kayu, dan terowongan. Terdapat pula fasilitas publik seperti mushalla, toilet, panggung terbuka, taman pembibitan, dan area pejalan kaki.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati wisata sejarah di Taman Putroe Phang, taman ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Di sini, pengunjung dapat menikmati suasana asri dengan udara yang masih segar meskipun berada di tengah kota. Ayo, mari berwisata sejarah ke Taman Putroe Phang dan mengenali Aceh pada masa lampau.
Penulis: Boim