Sultan Aceh Siap Bangun Kilang Minyak dan Petrokimia

Share

NUKILAN.ID | JAKARTA – Kabar menggembirakan datang dari sektor energi nasional. Sultan Aceh, H Teuku Badruddin Syah, menyampaikan niatnya untuk membangun kilang minyak dan petrokimia di Aceh. Proyek ambisius ini dirancang untuk mendukung hilirisasi sumber daya alam dan mempercepat pertumbuhan industri di Tanah Rencong.

Sumber Bahan Baku dari Andaman hingga Rusia

Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, mengungkapkan bahwa pembangunan ini akan menggunakan gas dari blok South Andaman. Selain itu, minyak mentah akan dipasok dari Iran, India, dan Rusia.

“Ijin lapor Sultan Aceh H Teuku Badruddin Syah ini segera membangun Kilang Minyak dan Petrokimia di Aceh untuk Hilirisasi, Insya Allah bulan depan financial closing, sumber bahan baku dari Andaman, Iran dan India/Rusia,” kata Djoko Siswanto kepada ruangenergi.com, Kamis (29/5/2025), di Jakarta.

Rencana ini tentu membawa angin segar bagi pembangunan industri energi di Aceh. Terlebih lagi, momentum ini sejalan dengan pengembangan kawasan industri yang tengah digencarkan oleh pemerintah daerah.

KIA Ladong: Pusat Industri Baru di Aceh

Sebagai informasi, Pemerintah Provinsi Aceh saat ini tengah mengembangkan Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong di Kabupaten Aceh Besar. Kawasan ini dirancang menjadi pusat industri strategis yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap, seperti instalasi pengolahan air limbah (IPAL), dermaga, dan gudang.

Tak hanya itu, KIA Ladong juga dibidik menjadi daya tarik bagi investor nasional maupun internasional. Fokus utamanya mencakup sektor industri kimia, logistik, dan energi.

Dua Proyek Petrokimia Lainnya Sedang Berjalan

Selain proyek kilang Sultan Aceh, ada dua proyek besar lainnya yang tengah dikembangkan di provinsi tersebut.

Pertama adalah pabrik metanol di Meulaboh, Aceh Barat. Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara PT Powerindo Cipta Energy (PCE) dan China National Chemical Engineering Corporation (CNCEC). Pabrik tersebut dirancang untuk mengolah 1,1 juta ton batu bara menjadi 600.000 ton metanol per tahun.

Berlokasi di mulut tambang batu bara, proyek ini menelan investasi sebesar USD 560 juta atau sekitar Rp 7,9 triliun. Diharapkan, pabrik ini mampu menyerap 600 hingga 700 tenaga kerja. Adapun tahap konstruksi dijadwalkan dimulai sejak pertengahan 2022.

Kedua adalah pembangunan pabrik pupuk NPK milik PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Aceh Utara. Pabrik ini, yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Februari 2023, memiliki kapasitas produksi sebesar 500.000 ton per tahun. Nilai investasinya mencapai Rp 1,7 triliun.

Menariknya, pabrik ini menggunakan teknologi dari Petrokimia Gresik dan difokuskan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Selain itu, pembangunan ini juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor pupuk.

Dengan berbagai proyek besar yang sedang digerakkan, Aceh tampaknya sedang menuju babak baru sebagai pusat industri energi dan petrokimia nasional. Jika proyek-proyek ini berjalan sesuai rencana, bukan tidak mungkin provinsi ini akan menjadi magnet investasi dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.

Kini, harapan tinggal menunggu realisasi. Masyarakat Aceh tentu menanti janji itu bukan hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar hadir dalam bentuk nyata: pembangunan, pekerjaan, dan kemajuan ekonomi daerah.

Editor: Akil

spot_img

Read more

Local News