Sigupai Mambaco: Menyulam Cinta Literasi di Aceh Barat Daya

Share

NUKILAN.id | Feature – Di suatu desa yang subur di Aceh Barat Daya, sebuah inisiatif luar biasa telah mengubah cara anak-anak dan masyarakat desa mengakses pengetahuan, yakni Sigupai Mambaco. Didirikan oleh Nita Juniarti, lulusan Sejarah Kebudayaan Islam yang memiliki visi besar untuk meningkatkan literasi di tanah kelahirannya. Sigupai Mambaco, nama yang mengandung makna mendalam dari kata “Sigupai” sebagai varietas padi lokal yang harum di Aceh Barat Daya, dan “Mambaco” dalam bahasa Anuek Jame yang berarti membaca, telah menjadi titik terang bagi literasi di tengah komunitas pedesaan.

Berawal dari Membawa Buku ke Pelosok

Perjalanan Sigupai Mambaco dimulai dari sebuah visi sederhana namun kuat, yang dicetuskan oleh Nita Juniarti, lulusan Sejarah Kebudayaan Islam yang tergerak untuk mengubah realitas literasi di desa-desa. Saat itu, Nita yang masih duduk di bangku perkuliahan mengawali perjalanan ini dengan membawa buku dalam ranselnya ke daerah-daerah terpencil sekitar Banda Aceh pada tahun 2015. Awalnya dihadapkan dengan tantangan dan keraguan, namun antusiasme masyarakat terhadap Pustaka Ransel yang mereka bawa membuktikan bahwa kebutuhan akan akses literasi di pelosok Aceh sangat besar.

Dari Pustaka Ransel ke Taman Baca Warga Desa

Pada tahun 2016, setelah menjalani pengabdian di Sulawesi, Nita terinspirasi oleh inisiatif sejenis yang dilakukan oleh komunitas lokal di sana. Ia lalu bertekad mendirikan taman baca untuk warga desa pertamanya. Bersama adiknya, Randa Zahrial, mereka merintis Sigupai Mambaco pada 7 Januari 2018. Hingga saat ini, Sigupai Mambaco telah mengumpulkan lebih dari 1.500 buku, dengan donasi terus mengalir dari berbagai pihak seperti pemerintah dan perusahaan swasta. Ini tidak hanya memperkaya koleksi buku mereka, tetapi juga memungkinkan Nita dan timnya untuk terus meluaskan cakupan dan dampak positif mereka di desa.

Perjalanan Menuju Pengakuan Nasional

Kendala seperti dukungan yang minim dari pemerintah setempat dan tantangan dalam menggalang dana untuk operasional tetap menjadi ujian tersendiri bagi pengurus yang terdiri dari penerima bantuan PKH. Tak lama setelah itu, Sigupai Mambaco mulai dikenal secara nasional. Penghargaan demi penghargaan pun diraih, dari menjadi penerima Kado Penerbit BIP 2019 hingga juara dalam berbagai kompetisi literasi. Berbagai dukungan mulai berdatangan, seperti dari pemerintah, perusahaan swasta, dan komunitas kerelawanan telah membantu Sigupai Mambaco berkembang. Mulai dari bantuan buku hingga peralatan oprasional seperti becak dari Asuransi Astra, membuat mereka terus berupaya untuk memperluas layanan dan akses kepada masyarakat.

Mengubah Persepsi, Meningkatkan Partisipasi

Salah satu tantangan besar bagi Sigupai Mambaco adalah mengubah persepsi masyarakat terhadap pentingnya literasi. Nita dan timnya tidak hanya berfokus pada menyediakan buku-buku untuk dibaca, tetapi juga mengadakan berbagai kegiatan edukatif seperti kelas menulis, seni, dan lingkungan. Melalui kegiatan-kegiatan ini, mereka tidak hanya membangkitkan minat baca anak-anak, tetapi juga memperkuat keterlibatan komunitas dalam menjaga dan mengembangkan taman baca warga desa.

Inovasi dalam Pendidikan dan Lingkungan

Selain menjadi tempat untuk membaca, Sigupai Mambaco juga mengintegrasikan pendidikan lingkungan seperti pengenalan Ecobrick dan daur ulang sebagai bagian dari kurikulum pendidikan mereka. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak dini, sambil terus memperluas cakupan kegiatan mereka melalui program Buku Keliling dan Festival Seni.

Pandemi dan Transformasi Digital

Tantangan baru muncul saat pandemi COVID-19 melanda beberapa tahun lalu, mengharuskan Sigupai Mambaco untuk beradaptasi dengan cepat. Mereka meluncurkan inisiatif seperti Bicang Asik (BiSik), yang mengundang pembicara dari berbagai bidang untuk berbagi pengalaman melalui platform digital. Ini tidak hanya mempertahankan koneksi dengan komunitas, tetapi juga memperluas jangkauan mereka ke seluruh Aceh Barat Daya.

Menghadapi Masa Depan

Dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman, Sigupai Mambaco tetap menjadi simbol kepedulian dan semangat untuk meningkatkan literasi di pedesaan Indonesia. Melalui kerja keras dan tekad yang tak kenal lelah, Nita Juniarti dan timnya tidak hanya membangun taman baca bagi warga desa, tetapi juga mewujudkan mimpi akan masyarakat yang lebih cerdas dan berdaya. Sigupai Mambaco, sebuah cerita tentang bagaimana satu mimpi kecil dapat berubah menjadi perubahan besar bagi sebuah komunitas desa. (XRQ)

Penulis: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News