Friday, April 26, 2024

Sigofi Ake, Ritual Membersihkan Air dari Ternate

Nukilan.id – Puluhan orang berbaju putih dan berpeci berkumpul di ujung kampung. Ada tokoh masyarakat, tokoh adat maupun tokoh agama. Mereka duduk di kursi melingkari meja kecil di hilir sumber air Tanah Ake Gaale di Kelurahan Sangaji, Kota Ternate Utara, Maluku Utara.

Di meja kecil itu ada tumpeng kecil dengan telur di bagian atasnya. Ada wadah kecil dari daun woka (livestonia) berisi sejumput beras kuning.

Mereka ini akan melaksanakan ritual atau baca doa sigofi ake atau membersihkan air. Ritual ini sebagai sebuah ikhtiar, permintaan pada sang pencipta dan para leluhur yang melindungi sumber air sebagai simbol kehidupan.

Sebelum prosesi mulai, salah satu pemangku adat sudah ziarah tiga tempat di kawasan ini yang dikenal dengan momole atau jere. Momole ini tempat keramat yang diyakini memiliki kekuatan.

Usai ziarah baru ritual baca doa. Mereka panjatkan permintaan pada penguasa alam darat dan laut. Setelah memanjatkan doa di hilir sumber air, mereka berpindah ke tempat di mana sumber air keluar.

Di sini, mereka ritual melepas biai dan perahu kecil ke air. Biai adalah wadah terbuat dari daun woka. Juga ada perahu kecil dibuat dari pelepah sagu lengkap dengan rumahnya. Dalam biai diletakkan beberapa bahan sesaji seperti pinang, sirih, dan kapur.

Sebelum baca doa mulai ada dua warga yang memiliki hubungan dengan pemilik roh penguasa air kawasan duduk di panggung kecil di atas air. Panggung ini berjarak sekitar 10 meter dari mereka yang membaca doa.

Di atas panggung itu ada wadah dari daun woka atau biai dengan isi seperti sirih pinang dan kapur. Bahan- bahan ini disebut menjadi sesaji bagi roh pemilik air.

Di hadapan para pembaca doa ada perahu kecil lengkap dengan rumah, tumpeng kecil dan air putih.

Pembacaan doa dimulai ketika seseorang di antara dua orang yang memimpin ritual, memberi kode. Doa-doa ini umum dibacakan masyarakat di Moloku Kie Raha, yakni doa Syech Abdulkadir Jailani, doa Assihi Thaib dan doa kie atau pulau. Usai pembacaan doa lanjut ritual melepas biai dan perahu ke air.

Pelepasan biai ke air ini untuk meminta kekuatan untuk menjaga dan melindungi air hingga tetap mengalir dan menghidupi warga di Ake Gaale dan Kota Ternate.

“Biai itu bermakna membawa pesan kekuatan yang lahir dari air. Jika kekuatan air ini baik, maka air yang keluar dari dalam air juga jernih. Itu maknanya,” kata Abdul Muthalib, tokoh masyarakat Ake Gaale.

Ritual lanjutan doa di mata air Ake Gaale kedua– yang saat ini dibuat kolam retensi untuk menampung air.

Usai baca doa, ada tarian cakalele sebagai manivestasi kegembiraan, harapan dan ucap syukur sang pencipta dan leluhur menjaga air di kampung ini.

“Sebenarnya seluruh doa yang dipanjatkan dan prosesi itu untuk keselamatan serta meminta keridhoan sang pencipta,” katanya.

Tradisi ini kearifan orang Moloku Kie Raha (Maluku Utara), kini sudah jarang dilakukan.

“Ini upaya kami mengembalikan air Ake Gaale ini, [upaya] tidak hanya dengan membuat sumur resapan dan menanam pohon, juga, mengangkat kembali tradisi lama leluhur menjaga air dan alam.”

Ritual ini juga sebagai penguat dan pengingat betapa penting upaya konservasi air tanah.

Sumber air di sini antara lain diambil PDAM untuk pasokan air ke Kota Ternate.

Alwan M Arif, Ketua Komunitas Save Ake Gaale bilang, ada tiga hal berhubungan dengan air bawah tanah, yakni, pemanfaatan, pelestarian dan pengendalian.

“Apa yang dilakukan warga termasuk ritual ini bagian dari pelestarian atau konservasi. Proses pembuatan sumur resapan biopori dan yang dilakukan warga Ake Gaale dengan ritual Sigofi Ake ini bagian dari pelestarian air,”katanya.

Kalau pengendalian terhadap daya rusak air baik fisik maupun kimia karena ada pencemaran, katanya, itu jadi tugas pemerintah dan ilmuan.

Bersamaan dengan momentum Hari Air Sedunia 22 Maret ini, warga yang bermukim di sekitar sumber mata air Ake Gaale, menyambut dengan berbagai kegiatan dimotori Save Ake Gaale. Ini komunitas dari Kampung Sangaji yang berfokus penyelamatan sumber air tanah.

Komunitas bersama warga juga bikin sumur resapan dan kampanye menjaga air tanah termasuk kepada siswa di Kota Ternate.

Pada puncak acara 30 Maret, akan ada penanaman sagu di Perumda Ake Gaale, kerjasama dengan Balai Wilayah Sungai Maluku Utara, Pemerintah Kota Ternate dan Perusahaan Daerah Ake Gaale Ternate.

Di lokasi sumber air ini, tumbuhan pelindung utama adalah sagu. Komunitas Save Ake Gaale dan masyarakat berinisiatif konservasi sagu hingga air terjaga.

Muthalib meminta pemerintah daerah ikut menambah pembangunan sumur resapan terutama di daerah ketinggian tak jauh dari sumber mata air.

“Kami percaya jika pemerintah menambah bangun sumur resapan di ketinggian akan membuat air di kawasan ini makin baik,”harap Thalib.

Saat ini, Komunitas Save Ake Gale dan warga sudah membangun 300 lebih sumur resapan. Pemerintah, katanya, bisa menambah dengan bangun 700 sumur resapan lagi.

Laporan Kajian Kerentanan Mata Air Ake Gaale di Kota Ternate melalui Program USAID Indonesia Urban Water Sanitition and Hygiene (USAID IUWASH) menyebutkan, Ake Gaale merupakan mata air dengan debit paling besar. Ia andalan sumber air baku bagi Perusahaan Umum Daerah Kota Ternate dan masyarakat sekitar.

Data sistem pelayanan PDAM Kota Ternate, menyebutkan, Mata Air Ake Gaale melayani 70.902 sambungan rumah atau sekitar 25,3% dari pelayanan PDAM atau setara 19,8 % jumlah penduduk Kota Ternate.

Saat ini, terjadi penurunan debit air tanah di Ake Gaale sampai 25%.

Kadri Daud, peneliti air tanah kota juga akademisi Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate menyebutkan, kondisi air tanah di Pulau Ternate terjadi penurunan signifikan.

Dari riset terlihat, dalam 2018-2021, rata rata penuruan tanah sedalam satu meter.

Satu contoh, sumber mata air Ake Gaale debit air sekitar 103 liter per detik. Dalam perkembangan, dengan kondisi bentang alam tetap tetapi pemanfaatan bertambah debit air 75 liter per detik. Bahkan pada 2014, terjadi intrusi air laut hingga menyebabkan sumber air tercemar secara fisik dan kimia.

“Pada 2018, kapasitas produksi PDAM meningkat, 105 liter per detik setelah ada penambahan lima sumur di Tubo [daerah lebih tinggi]. Di Ake Gaale kondisinya juga belum pulih secara keseluruhan.” [Mongabay]

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img