Setiaji Ajak Generasi Muda Peduli Lingkungan dengan Berkebun Hidroponik

Share

Nukilan.id – Lahan seluas 4×7 meter di atap rumah Setiaji Bintang Pamungkas, tampak hijau. Area yang dulunya digunakan untuk menjemur pakaian, kini dipenuhi instalasi hidroponik, lengkap tandon air, pipa penyalur nutrisi, dan tanaman.

“Awal belajar pakai botol bekas dilubangi, lalu saya tanam kangkung. Ternyata, setelah 20 hari tumbuh bagus. Dari sini saya mulai menekuni hidroponik dengan 200 lubang tanam,” kata Aji, di kediamannya di Kelurahan Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Lampung, akhir Februari 2022

Aji memiliki lima instalasi hidroponik dengan lubang tanam sebanyak 900 buah. Ada tanaman pakcoy, kailan, selada, dan caisin. Produknya diberi nama Ingreen Hidroponik.

“Merawatnya tidak sulit, cukup dipantau pagi dan sore. Kita periksa selalu tandon airnya, ketika berkurang ditambah karena berpengaruh terhadap oksigen dan kesejukan.”

Pengecekan nutrisi penting dilakukan, terutama setelah hujan. Sebab, air yang masuk ke tandon membuat konsentrasi nutrisi menurun.

“Konsentrasi nutrisi untuk 1 minggu setelah pindah tanam itu 800 ppm [satuan untuk konsentrasi larutan]. Setelah umur 2 minggu hingga panen, ditambah menjadi 1.000 ppm,” kata lulusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung.

Aji juga pernah gagal panen. Dia tidak menyerah, justru makin fokus dan konsisten.

“Saya mengawali 2019 dan sempat vakum di akhir tahun, panen akibat lupa memantau nutrisi setelah hujan. Setelah itu saya bangkit, lebih bersemangat.”

Kampanye hidroponik

Aji mengunggah usaha hidroponiknya di Facebook dan Instagram. Tujuannya, mengedukasi generasi mudah dan masyarakat luas, untuk peduli lingkungan.

“Kontennya mulai dari proses semai, penanaman, hingga pengecekan nutrisi.”

Efek media sosial berdampak positif. Banyak permintaan hasil tanamannya. Aji juga diminta melakukan pengabdian masyarakat bersama mahasiswa ITERA [Institut Teknologi Sumatera] di Kalianda, Lampung, yang terdampak tsunami 2018.

“Tujannya, melatih masyarakat agar mandiri pangan di lokasi terdampak bencana.”

Aji pun membuat webinar dan siaran langsung instagram, untuk melatih siapa saja yang tertarik hidroponik. Setelah teori, biasanya langsung dilanjutkan praktik penanaman dan pemasaran.

“Target saya mendorong anak muda. Mereka memiliki kemampuan mengembangkan diri dan mengelola media sosial,” tuturnya.

Kusnardi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, mengatakan pihaknya mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.

Upaya yang dilakukan melalui program Pekarangan Pangan Lestari [P2L]. Syaratnya, harus membentuk kelompok dan dikhususkan ibu-ibu.

“Mereka dilatih memanfaatkan lahan kosong yang tidak produktif melalui pengembangaan rumah bibit, demplot, pertanaman, dan pasca-panen serta pemasaran,” ujar Kusnardi, dikutip dari laman Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, pada program Podcast Kupas Tuntas, Rabu 24 Juni 2020 lalu.

Menurutnya, ibu rumah tangga yang sudah membentuk kelompok dapat mendaftar pada Dinas Pertanian di kabupaten atau kota masing-masing.

“Sampai saat ini ada 300 kelompok di program P2L tersebut,” kata dia.

Budidaya terkendali

Yohanes C Ginting M.P., Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung, mengatakan hidroponik adalah sistem budidaya tanaman terkendali. Tak hanya nutrisi di air, tetapi juga mengendalikan cahaya dan suhu. Bahkan, dapat dilakukan pada media padat.

“Awalnya, hidroponik hanya mengelola nutrisi melalui media air. Istilah itu sudah kurang tepat,” terangnya, ditemui di kampus, Rabu [23/02/2022].

Media padat, menurut Yohanes, memiliki berbagai keunggulan seperti tidak terlalu mahal, berfungsi sebagai penyangga [buffer] atau dapat melepas dan mengikat nutrisi.

“Tidak telalu mahal, karena tidak memperlukan banyak listrik. Biasanya, media padat cocok untuk tanaman berbuah besar, seperti melon dan tomat, supaya tidak roboh.”

Menurut Yohanes, media padat yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman.

“Pakcoy misalnya, dijual harus dengan tampilan akar yang bagus. Maka, media padatnya adalah campuran pasir kasar.”

Yohanes memaparkan, untuk hidroponik agar segera mengganti air nutrisi yang berkurang. Sebab, sulit mengetahui kandungan tertentu yang paling rendah.

“Kita tidak tahu apakah N, K, atau P yang tinggi, kalau sudah berkurang lebih baik dibuang.”

Hama yang biasa menyerang kebun hidroponik adalah kutu putih, kutu gabuk, serta kutu apits. Cara pengendaliannya, dengan membuat pestisida sendiri. Bahan-bahannya antara lain: 1 sendok soda kue, 1 sendol minyak makan, dan 1 satu sendok sabun cuci piring, ditambahkan 1 liter air.

“Rutin disemprotkan, kutu hilang.”

Yohanes juga mengembangkan nutrisi organik dari rumput laut yang potensinya sangat baik di Indonesia. Namun, masih terkendala teknologi ekstrak.

“Sungai itu alirannya ke laut beserta nutrisinya. Lalu kapan nutrisinya kembali ke darat? Di rumput laut tersebut. Ini peluang untuk kita manfaatkan,” tegasnya. [Mongabay]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News