Seorang Pemuda, Jadi Mualaf Usai Bertemu Rombongan Haji, Bagaimana kisahnya?

Share

Nukilan.id | Diceritakan Syekh Maulana Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Haji, bahwa Ibrahim Al-Khawash  rah.a jika hendak bepergian tidak pernah memberitahu atau mengatakan kepada siapapun. Dia hanya mengambil tongkatnya untuk berjalan. 

Hamid al-Aswad berkata, “Ketika aku sedang bersamanya di masjid, tiba-tiba ia mengambil tongkatnya dan berjalan. Maka Hamid mengikutinya dari belakang.”

Ketika keduanya telah sampai di Qadisiyah, ia berkata. “Wahai Hamid, engkau hendak ke mana?”

Hamid menjawab. “Wahai Tuanku, saya keluar hanya untuk mengikuti kepergianmu.”

Ibrahim berkata  “Sesungguhnya aku hendak pergi ke Makkah, Insya Allah.”

Hamid pun berkata. “Aku juga hendak pergi ke Makkah, Insya Allah.”

Tiga hari kemudian ada seorang pemuda bergabung bersama keduanya dalam sebuah perjalanan. Pemuda itu telah berjalan bersama mereka sehari semalam. 

Hamid heran terhadap pemuda tersebut yang tidak pernah menjalankan sholat, tidak sujud kepada Allah SWT. Atas keadaan itu Hamid memberitahunya kepada Ibrahim. 

“Sesungguhnya anak muda itu tidak sholat,” katanya.

Ibrahim menghampiri anak muda itu lalu duduk dan berkata kepadanya. “Wahai anak muda mengapa engkau tidak sholat, sedangkan sholat itu adalah kewajiban pertama kali sebelum haji.”

Anak muda itu berkata, “Wahai Syekh, Aku memang tidak berkewajiban sholat.”

Ibrahim bertanya, “Apakah kamu bukan seorang muslim? Apakah agamamu?”

Pemuda itu menjawab, “Aku seorang Nasrani. Dalam agamaku diajarkan tawakal namun aku tidak bisa membuktikan tawakal yang sebenarnya, sehingga aku keluar ke daratan yang tidak ada apa-apa seperti ini kecuali Dzat Yang Disembah agar teruji dalam hatiku dan pikiran untuk.”

Ibrahim lalu berdiri dan berjalan sambil berkata kepada Hamid,  “biarkan ia bersamamu.”

Maka pemuda itu berjalan bersama keduanya sampai di suatu tempat. Ibrahim mencuci pakaiannya yang kotor, kemudian duduk, lalu berkata kepadanya. “Siapa namamu?”

Pemuda itu menjawab, “Abdul Masih.”

Ibrahim berkata. “Wahai Abdul Masih tempat ini adalah pintu masuk Makkah. Tempat ini termasuk Tanah Haram. Sesungguhnya Allah SWT telah mengharamkan orang seperti kamu memasukinya. 

“Sesungguhnya orang yang musyrik itu najis maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram,”  Kata Ibrahim membacakan QS Attaubah ayat 28.

“Sedangkan apa yang engkau maksudkan untuk melatih dirimu telah terlaksana, maka jangan engkau masuk ke Makkah.”

Ibrahim mewanti-wanti kepada Al-Masih jika mereka melihatnya ada di sana, maka orang-orang Muslim akan menolaknya. 

Dan kemudian Syekh Ibrahim dan Hamid meninggalkannya dan segera masuk ke Makkah. Ketika keduanya pergi ke tempat wukuf dan berhenti duduk di Arafah, tiba-tiba mereka berjumpa dengan pemuda itu. Ia mengenakan pakaian ihram dengan wajah berseri.

“Ketika telah berdiri di depan kami ia langsung memeluk Syekh Ibrahim dan mencium kepalanya.”

Syekh Ibrahim bertanya. “Apa yang terjadi denganmu perubahanmu?”

Al-Masih ia menjawab, “Sekarang aku bukanlah hamba sesembahan Al-Masih.”

Ibrahim berkata, “Ceritakan kepadaku mengenai kisahmu.”

Maka pemuda itu bercerita. Kata dia, ketika Ibrahim dan Hamid pergi meninggalkannya, ia duduk di tempat itu hingga datang rombongan haji, maka ia berdiri dan mengenakan pakaian seperti orang miskin sehingga tampak seolah-olah aku sedang berpakaian ihram. 

“Sesaat kemudian aku melihat Ka’bah, kemudian tampak olehku semua agama itu rusak, kecuali agama Islam,” katanya.

“Kemudian aku memeluk Islam, mandi lalu berpakaian Ihram dan hari ini aku memang ingin mencari.”

Kemudian mereka bertiga selalu bersamanya sampai meninggal dunia di tengah-tengah fakir miskin. Semoga Allah SWT merahmatinya [republika.co.id].

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News