NUKILAN.id | Banda Aceh – Kelapa sawit (Elaeis guineensis), yang kini menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia, ternyata memiliki sejarah panjang sejak pertama kali diperkenalkan pada 1848. Hasil penelusuran Nukilan.id, awalnya tanaman ini bukan berasal dari Indonesia, melainkan Afrika Barat dan Tengah. Namun, berkat upaya penjajah Belanda, empat biji kelapa sawit dibawa ke Nusantara dan ditanam di Kebun Raya Bogor.
Empat biji tersebut diangkut oleh Dr. D.T. Pryce dari Bourbon, Mauritius, dan Hortus Botanicus, Amsterdam, Belanda. Penanaman pertama dilakukan oleh Johanes Elyas Teysman, kepala Kebun Raya Bogor saat itu. Tanaman ini tumbuh subur dan bahkan menjadi pohon kelapa sawit tertua di Asia Tenggara hingga kematiannya pada 15 Oktober 1989.
Awal Persebaran dan Revolusi Industri
Pada 1853, lima tahun setelah ditanam, pohon-pohon kelapa sawit ini mulai berbuah. Bibitnya kemudian disebar, termasuk ke Sumatra pada 1875, awalnya untuk tanaman hias di pinggir jalan. Namun, siapa sangka, kelapa sawit tumbuh subur di Deli, Sumatra Utara, sehingga dikenal dengan varietas “Deli Dura.”
Revolusi Industri di Eropa yang berlangsung antara 1750-1850 mendorong lonjakan permintaan minyak. Hal ini membuat pemerintah Hindia Belanda mencoba menanam kelapa sawit di berbagai daerah, seperti Banyumas, Palembang, dan Belitung, meski hasilnya belum memuaskan.
Perkebunan Komersial Pertama di Sumatra
Terobosan terjadi pada 1911, ketika Adrien Hallet dari Belgia dan K. Schadt membuka perkebunan skala besar di Pantai Timur Sumatra dan Aceh. Perusahaan Sungai Liput Cultuur Maatschappij mengelola lahan seluas 5.123 hektare, yang menjadi titik awal komersialisasi kelapa sawit di Indonesia.
Organisasi Algemene Vereneging voor Rubberplanters ter Oostkus van Sumatera (AVROS) didirikan pada 1910 untuk mengelola berbagai persoalan perkebunan, termasuk tenaga kerja dan transportasi. AVROS turut memacu perkembangan industri kelapa sawit di wilayah Sumatra.
Era Modern: Dari Nasionalisasi hingga Ekspansi
Pasca-kemerdekaan, perusahaan-perusahaan perkebunan asing mengalami nasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Perusahaan seperti Bakrie Sumatera Plantations dan PP London Sumatra Indonesia (Lonsum) mengalihkan fokus bisnisnya dari karet ke kelapa sawit pada era 1980-an.
Hingga September 2019, PT Bakrie Sumatera Plantations memiliki lebih dari 43.000 hektare perkebunan inti kelapa sawit yang tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, dan Kalimantan Selatan. Perusahaan ini juga mengoperasikan lima pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas produksi yang besar.
Lonsum, yang awalnya berbasis di Inggris, kini dikelola oleh Indofood Agri Resources Ltd. Produksi kelapa sawit baru dimulai pada 1980-an setelah sebelumnya berfokus pada karet, teh, dan kakao.
Tantangan dan Peluang
Kelapa sawit kini menjadi andalan ekspor Indonesia, tetapi tantangan tetap ada. Isu lingkungan, keberlanjutan, dan konflik lahan menjadi pekerjaan rumah besar bagi industri ini. Meski begitu, kelapa sawit tetap memegang peran vital dalam perekonomian Indonesia, menyerap jutaan tenaga kerja, dan menjadi penggerak utama pembangunan di berbagai daerah.
Sejarah panjang kelapa sawit di Indonesia menunjukkan bagaimana tanaman ini berkembang dari empat biji menjadi komoditas strategis. Perjalanan ini tidak hanya mencatat kisah sukses, tetapi juga memberikan pelajaran tentang pentingnya inovasi dan keberlanjutan dalam menghadapi perubahan zaman. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah