Sapardi Djoko Damono dan Karya Fenomenalnya ‘Hujan Bulan Juni’

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Sebagai seorang sastrawan ternama, banyak karya Sapardi Djoko Damono yang dikenang hingga kini. Salah satu karya ikoniknya adalah “Hujan Bulan Juni”. Karya ini tidak hanya berhenti sebagai puisi, tetapi juga telah diadaptasi menjadi novel, komik, lagu, hingga film.

Dari penelusuran Nukilan.id, Pada tahun 1994, kumpulan puisi “Hujan Bulan Juni” diterbitkan dengan total 102 puisi di dalamnya. Kumpulan puisi ini telah diterjemahkan ke dalam empat bahasa, yaitu Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin.

Sapardi menjelaskan alasan di balik penulisan puisi ini. Ia menulis puisi ini pada tahun 1989 ketika hujan memang jarang turun di bulan Juni. Puisi tersebut ditulisnya di ruang kerja rumahnya yang menghadap ke Telaga Situ Gintung di Ciputat, Tangerang Selatan.

Kisah “Hujan Bulan Juni” kemudian berkembang menjadi sebuah novel trilogi. Sapardi hanya membutuhkan waktu enam bulan untuk menyelesaikan novel “Hujan Bulan Juni”, yang diadaptasi dari puisinya dengan judul yang sama. Novel setebal 144 halaman ini mengisahkan perjalanan hidup Sarwono dan Pingkan yang penuh dengan getir dan manis.

Saat peluncuran novelnya, Sapardi mengungkapkan bahwa ia tidak pernah menyangka puisinya akan diadaptasi menjadi lagu, komik, dan film. Bahkan, ia juga ikut berperan dalam film adaptasi “Hujan Bulan Juni” yang tayang pada 2 November 2017. Film ini dibintangi oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia, dengan Sapardi berperan sebagai ayah dari tokoh utama, Sarwono.

Meski sempat menolak tawaran Luna Maya untuk mengadaptasi karyanya menjadi film karena draf skenario yang dianggap melenceng dari makna asli puisinya, akhirnya film “Hujan Bulan Juni” tetap diproduksi dengan Adipati Dolken dan Velove Vexia sebagai pemeran utama. Film ini disutradarai oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra dan turut menghadirkan artis seperti Ira Wibowo, Baim Wong, Surya Saputra, hingga aktor asal Jepang Koutaro Kakimoto.

Sapardi tetap profesional saat menjadi pemeran dalam film garapan Reni tersebut. “Dua hari sebelum saya main, dibilangin sama sutradara, ‘Nanti Pak Sapardi main’, ya udah enggak bisa nolak. Saya main sebagai bapaknya Sarwono,” kenang Sapardi.

Warisan karya Sapardi Djoko Damono akan terus hidup dan dikenang oleh generasi selanjutnya, menginspirasi banyak orang melalui keindahan kata-kata dan makna mendalam yang tertuang dalam setiap karyanya. (XRQ)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News