Sampah Plastik Ternyata Punya Nilai Ekonomi Tinggi

Share

Nukilan.id – Sampah plastik memang kadung dipandang sebagai suatu ancaman besar bagi lingkungan. Bukan tanpa alasan dan tidaklah salah, karena nyatanya fakta yang ada di lapangan memang telah cukup banyak memberikan bukti nyata akan seberapa besar dampak kerusakan yang disebabkan dari jenis sampah satu ini.

Ancaman kian terasa setelah muncul prediksi dari UNEP pada tahun 2021, yang menyebut jika jumlah sampah plastik di muka bumi akan naik menjadi dua kali lipat pada tahun 2030 mendatang, dibandingkan dengan jumlahnya di masa kini.

Hal tersebut memang memprihatinkan, karena jika mengutip data dari KLHK yang dijabarkan pada salah satu sumber, di Indonesia sendiri pada tahun 2021 kemarin plastik menjadi jenis sampah kedua yang menyumbang kontribusi paling banyak dari total sampah nasional.

Lalu apa yang dapat dilakukan untuk mencegah permasalahan lingkungan yang muncul dari situasi tersebut? Bukan hanya aksi nyata berupa pengurangan dari penggunaan produk plastik, namun upaya pengelolaan juga menjadi salah satu cara yang harus dipahami dengan baik.

Belum banyak yang tahu, sampah plastik yang selama ini dipandang sebagai ancaman nyatanya memiliki industri pengelolaan dan pengolahan daur ulangnya sendiri. Bahkan karena kebutuhan tertentu, pada akhirnya muncul sistem ekspor dan impor sampah plastik.

Jenis sampah plastik yang memiliki nilai ekonomi

Memang, sejauh ini jenis sampah plastik yang bisa didaur ulang dan memiliki nilai ekonomi karena terserap dengan baik bagi industri pengelolaan sebagian besar baru yang berwujud kemasan botol minum saja.

Namun bukan berarti sampah plastik dalam wujud sub-jenis lainnya juga tidak dapat diserap. Sekilas gambaran bagi beberapa pihak yang mungkin belum mengetahui pengelolaan daur ulangnya dari segi industri, sampah plastik biasanya banyak dikumpulkan dan berarti bagi para pengepul untuk disetor kepada pabrik pembuatan perlengkapan tertentu.

Secara umum, produk yang biasa dihasilkan dari olahan sampah plastik yang telah dikelola hadir dalam bentuk ember dalam perkakas rumah tangga, lapisan karpet, sapu, dan ragam peralatan lainnya.

Berdasarkan penuturan Dini Trisyanti, selaku Direktur Sustainable Waste Indonesia (SWI), dalam sebuah webinar bertajuk Waste Management in Indonesia, ada empat sub-jenis sampah plastik yang memiliki nilai ekonomi, di antaranya:

1. Polypropylene (PP), biasanya material berupa kemasan air mineral gelas atau kemasan makanan ringan,
2. High Density Polyethylene (HDPE), dimana jenisnya terbagi menjadi dua yakni film plastic dan rigid plastic. Biasanya, material ini terkandung dalam bentuk kantong, plastik lembaran, kemasan sampo, dan plastik kemasan saset,
3. Polyethylene Terephthalate (PET), kandungan pada botol minum kemasan atau galon sekali pakai yang selama ini banyak digunakan.

“Jenis (sampah plastik) ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan membebani lingkungan, karena selama masuk ke tempat sampah dan ada jalur daur ulangnya, ada pabriknya, ada market-nya, akan ke ambil (terkelola),” jelas Dini, mengutip Kompas.

Fenomena ekspor dan impor sampah plastik di Indonesia

Namun, meski industrinya sendiri sudah terbentuk sejak lama, sayangnya masyarakat Indonesia banyak yang belum mengetahui bagaimana pengelolaan sampah plastik dengan benar, agar dapat lebih mudah terserap oleh industri pengelolaan yang dimaksud.

Karenanya, tidak heran jika di saat yang bersamaan kebutuhan bahan dasar sampah plastik bagi industri sendiri kurang terpenuhi, padahal sampah plastik yang ada di lapangan dapat dikatakan melimpah.

Kondisi itu lah yang pada akhirnya menimbulkan sistem ekspor dan impor sampah plastik, hal tersebut bahkan kembali dijabarkan secara detail oleh Dini.

“Berdasarkan data ASUPI (Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia) tahun 2021, kebutuhan resin PET di Indonesia mencapai 31.500 ton per bulan, sayangnya kebutuhan tersebut 44 persennya dipenuhi oleh impor. Padahal sampah kita (di Indonesia) banyak,” paparnya.

Apa bukti lain jika sampah plastik bisa memiliki nilai ekonomi yang tinggi?

Masih menurut data yang dimiliki oleh SWI, diketahui jika pada tahun 2021 total penghasilan di tingkat pengumpul sampah plastik wilayah Jabodetabek, untuk jenis PET sendiri telah berkontribusi lebih dari 65 persen dari sampah kemasan minuman ringan dengan nilai mencapai Rp1 miliar per hari.

Bayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan dalam memenuhi kebutuhan impor sebagiannya yang masih didatangkan dari luar negeri? Semua itu bisa teratasi dengan baik jika saja pengelolaan sampah plastik dari hulu ke hilir benar-benar dipahami dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

Lantas apakah Indonesia selama ini benar-benar hanya berperan sebagai pengimpor saja? Beruntungnya tidak, walau masih bisa dihitung dengan jari atau bahkan mungkin baru satu-satunya, terdapat pengelola sampah bernama Rumah Plastik di kawasan Buleleng, Bali, yang nyatanya berperan sebagai pengekspor dalam mengirim hasil pengolahan sampah plastik yang sudah dibersihkan dan dicacah ke Negeri China.

Putu Eka Darmawan, selaku pendiri dari Rumah Plastik menerangkan jika hasil sampah plastik yang telah terolah dalam bentuk bahan baku oleh pihaknya, selama ini juga dikirim ke beberapa industri yang membutuhkan di berbagai daerah lain seperti Denpasar, dan beberapa kota di Pulau Jawa.

Bicara lebih jauh mengenai output yang diperoleh dari sampah plastik yang ia kelola, diketahui bahwa saat sampai di China, cacahan plastik yang dimaksud pada akhirnya akan berubah menjadi benang untuk bahan baku kain.

Sumber: Goodnewsfromindonesia

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News