Nukilan.id – Tepat pada 5 Januari 2022, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berumur 49 tahun. Artinya, partai berlambang rumah besar umat Islam ini telah tua dalam mewarnai perpolitikan di tanah air Indonesia.
Kader PPP Aceh Saiful Haris Arahas menyebutkan, kendati partai tersebut telah cukup senior dalam mewarnai perpolitikan di Indonesia, di bawah kendali dan kepemimpinan Ketua Umum Suharso Monoarfa, PPP hari ini nyatanya telah diwarnai, bukan mewarnai.
“Artinya, PPP hari ini telah ikut-ikutan beberapa parpol yang tidak perlu kita sebutkan namanya, layaknya memipin suatu perusahaan, dimana pemiliknya bisa sesuka-sukanya menunjuk ketua partai tingkat wilayah (provinsi) sesuai seleranya, bukan berdasarkan suara atau yang dipilih oleh formatur,” kata Saiful Haris Arahas, Senin (3/1/2022).
Diketahui, pasca Musyawarah Wilayah (Muswil) IX PPP Aceh pada 31 Mei hingga 2 Juni 2021, sampai saat ini DPP PPP juga belum mengeluarkan SK DPW PPP Aceh. Artinya, sampai saat ini belum ada ketua DPW PPP Aceh.
“Ekses dari berlarut-larutnya penerbitan SK ini telah ikut berdampak ke DPC PPP se 23 kabupaten/kota se Aceh. Dimana seharusnya DPC-DPC melakukan konsolidasi pengurus dan merangkul para teungku-teungku dayah dan pemuda milenial untuk bergabung ke dalam partai, namun malah dengan melihat kondisi PPP Aceh hari ini mereka pada enggan untuk bergabung,” jelasnya.
Lanjutnya, dan juga tidak menutup kemungkinan ke depan, saat DPP memutuskan siapa ketua DPW PPP Aceh ke depan, bakalan ramai kader dan pengurus saat ini yang keluar dari partai. Siapapun ketua PPP Aceh nanti, pasti tetap ada yang keluar dari partai.
Seharusnya, pada usia yang 49 tahun ini, kata Haris, PPP mawas diri dan melakukan evaluasi atas kinerja partai agar tetap memiliki peluang besar di Pemilu 2024. Belum lagi soal Parliamentary Threshold (PT) yang kemungkinan akan naik jadi 5 persen.
“Jadi PPP sudah siap kalau itu terjadi, dan saya pikir ini juga keinginan ketum Suharso untuk sukses di Pemilu 2024,” katanya.
Disisi lain, Haris juga menyayangkan ucapan Suharso Monoarfa, dimana dia menyebut akan memperbanyak jaringan sampai ke pelosok Indonesia guna meningkatkan elektabilitas partai berlogo Ka’bah ini.
“Namun apa, ucapan dia (Suharso) sangat jauh panggang dari api, bagaimana mungkin dia mampu memperbanyak dan melebar struktur partai layaknya akar serabut bukan akar tunjang, sedangkan dia sendiri mencontohkan diri layaknya akar tunjang (tunggal),” katanya.
Haris menambahkan, jika memang Suharso mau memperbaiki, coba ikuti dan dengarkan suara kader dan formatur yang telah dipilih oleh kader.
“Atau jika tidak, apalah arti refleksi ke 49 tahun Harlah PPP, bukan malah semakin maju tapi semakin mundur,” pungkasnya.[]