NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Pemerintah Aceh kini menghadirkan layanan rehabilitasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus melalui Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Aceh. Selain itu, RSIA juga memaksimalkan pelayanan fetomaternal guna menangani kehamilan berisiko tinggi.
Langkah ini dinilai sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam mendampingi tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan hingga masa pertumbuhan.
Upaya Pemerintah dalam Menjawab Kebutuhan Dasar
Plt Sekda Aceh, M Nasir, saat meninjau langsung pelayanan rehabilitasi di RSIA Aceh, menyampaikan harapannya atas dua layanan penting tersebut.
“Saya kira dengan adanya dua program ini dapat membantu masyarakat Aceh, kita berharap pelayanan ini dapat dilaksanakan dengan baik,” ujar M Nasir, Senin (19/5/2025) di Banda Aceh.
Sebagai informasi, layanan fetomaternal merupakan subspesialisasi dari bidang kebidanan dan kandungan yang difokuskan pada penanganan ibu hamil dan janin, khususnya dalam kondisi kehamilan berisiko tinggi.
Dampingi dari Kandungan Hingga Tumbuh Kembang
Menurut M Nasir, kehadiran layanan ini membuat RSIA mampu mendampingi masyarakat sejak awal kehamilan hingga anak lahir dan tumbuh.
“Saya harap ini ibu-ibu di Aceh terus memeriksa kehamilannya, kemudian bagi keluarga yang punya anak berkebutuhan khusus, sekarang sudah ada layanan rehabilitasi, segera dikonsultasikan,” ujarnya.
Pemeriksaan kehamilan sejak dini sangat disarankan agar kondisi janin dapat dideteksi lebih awal. Dengan demikian, intervensi medis bisa segera dilakukan guna mencegah kelahiran anak dengan kebutuhan penanganan khusus. Jika pencegahan terlambat, proses rehabilitasi akan memakan waktu yang lebih lama.
Kebutuhan Fasilitas Terus Diupayakan
Terkait kebutuhan alat pendukung, seperti ultrasonografi (USG) dengan spesifikasi tinggi, M Nasir menyatakan bahwa hal ini sedang diupayakan.
“Karena ini pelayanan dasar, Pemerintah Aceh komit untuk memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Direktur RSIA, dr Nurhikmah, menjelaskan bahwa alat USG memang telah tersedia, namun spesifikasinya masih tergolong rendah. Ia berharap ada peningkatan kualitas alat untuk menunjang diagnosa yang lebih akurat.
Di sisi lain, layanan rehabilitasi untuk anak berkebutuhan khusus sudah mulai berjalan dengan kelengkapan peralatan yang memadai. Hanya saja, keterbatasan ruang masih menjadi tantangan.
“Sudah lengkap alatnya dan tercukupi, tetapi paling perlu tambah area supaya lebih banyak anak yang bisa diterima,” ujar dr Nurhikmah.
Setiap anak memerlukan waktu antara satu hingga dua jam dalam satu sesi terapi. Oleh sebab itu, kapasitas ruang sangat menentukan jumlah anak yang dapat ditangani.
Tenaga Profesional yang Tersertifikasi
Untuk memastikan kualitas pelayanan, RSIA menurunkan tenaga profesional yang telah mendapatkan pelatihan khusus dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
“Untuk pelayanan anak berkebutuhan khusus, para tenaga juga tidak sembarang, mereka telah mendapatkan pelatihan khusus, sehingga tidak salah dalam penanganannya,” kata dr Nurhikmah.
Dengan hadirnya layanan ini, diharapkan para orang tua di Aceh tidak lagi kesulitan dalam mendapatkan fasilitas rehabilitasi yang memadai dan profesional. Selain menjadi bentuk perhatian terhadap hak anak, inisiatif ini juga merupakan langkah penting dalam pembangunan sumber daya manusia Aceh sejak dini.
Editor: Akil