NUKILAN.ID | SAINS — Rasa rindu ternyata bukan hanya persoalan perasaan. Dilansir Nukilan.id dari sebuah studi dari Yerkes National Primate Research Center, Emory University, Amerika Serikat, menemukan bahwa menahan rindu terlalu lama dapat memengaruhi kondisi biologis tubuh.
Penelitian yang dilakukan pada prairie vole—sejenis tikus padang rumput yang dikenal monogami—menunjukkan, perpisahan dari pasangan dapat memicu reaksi kimia dan perilaku yang menyerupai stres emosional.
Ilmuwan menemukan bahwa pejantan yang dipisahkan dari pasangannya mengalami perilaku mirip depresi serta perubahan pada kadar hormon oksitosin dan vasopresin, dua zat yang berperan penting dalam membangun ikatan emosional.
Gangguan pada sistem hormon tersebut ternyata juga mengaktifkan area otak yang sama dengan mekanisme kecanduan, sehingga memunculkan respons biologis mirip gejala penarikan obat.
Meski riset ini dilakukan pada hewan, para peneliti menilai hasilnya memberikan gambaran penting bagi manusia. Rindu atau kehilangan yang tidak dikelola dengan sehat dapat menimbulkan stres, memengaruhi keseimbangan hormon, bahkan berdampak pada kesehatan mental.
Dengan kata lain, kerinduan bukan sekadar emosi yang bersifat sementara, tetapi bagian dari proses biologis yang nyata terjadi di tubuh. Karena itu, mengelola rindu dengan cara sehat—seperti tetap aktif secara sosial dan menjaga rutinitas positif—menjadi langkah penting agar emosi tersebut tidak berubah menjadi beban psikologis. (XRQ)
Reporter: Akil

 
                                    




