NUKILAN.id | Sigli — Ratusan hektare lahan sawah di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, terancam gagal tanam pada musim tanam pertama (rendengan) akibat kekeringan yang melanda kawasan tersebut. Kondisi ini disebabkan oleh hujan yang tidak kunjung turun selama tiga pekan terakhir, sehingga lahan sawah terlihat mengering tanpa sumber air.
Krisis air ini terutama dialami di daerah pesisir Selat Malaka dan sebelah timur Pegunungan Seulawah. Air genangan dari hujan sebelumnya telah menguap, sementara debit air di sungai-sungai seperti Krueng Baro dan Krueng Tiro juga menyusut drastis.
“Permukaan air semakin sulit untuk dialiri ke pintu saluran irigasi persawahan,” ujar Yusri, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Indrajaya, saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (27/10/2024).
Lokasi-lokasi yang paling terdampak meliputi Kecamatan Indrajaya, Delima, Peukan Baro, Grong-Grong, dan Pidie. Yusri menjelaskan bahwa sebagian lahan sawah sudah ditabur benih di persemaian, sementara sebagian lainnya sedang dalam proses pengolahan tanah dan baru saja dibajak dengan traktor.
“Jika hujan tidak segera turun, lahan yang sudah dibajak bisa mengeras kembali, yang dapat berujung pada penundaan atau bahkan kegagalan tanam,” tambahnya.
Amatan di lapangan menunjukkan bahwa krisis air ini diperparah oleh praktik penebangan hutan yang masif, ditambah dengan kerusakan parah di daerah hulu sungai. Para petani pun semakin cemas, mengingat kebutuhan air yang sangat penting untuk keberhasilan musim tanam ini.
Dengan kondisi yang semakin mengkhawatirkan, masyarakat dan petani berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini dan menyelamatkan lahan pertanian yang menjadi tumpuan hidup mereka.
Editor: AKIL