Ramadhan Menghitung Hari, Begini Tingkat Belanja Konsumen

Share

Nukilan.id – Tidak lama lagi, umat muslim akan memasuki bulan suci Ramadhan. Meskipun pandemi Covid-19 belum usai, lembaga riset NeuroSensum & SurveySensum menilai banyak masyarakat masih membatasi pelaksanaan sejumlah tradisi dan ritual Ramadhan.

Laporan hasil survei NeuroSensum Annual Ramadan Spending Tracker 2021 mengungkapkan 66 persen masyarakat merasakan ritual Ramadhan yang paling berdampak adalah pelaksanaan Tarawih di masjid.

“Masyarakat masih menahan perayaan Ramadhan, namun ada perubahan signifikan pada perilaku dalam melaksanakan tradisi, ritual ibadah, dan berbelanja dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Rajiv Lamba , CEO NeuroSensum & SurveySensum dalam siaran pers, Selasa (23/3/2021).

Ia mengatakan, di tahun ini masyarakat sudah lebih bisa memahami apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan selama Ramadhan. Masyarakat juga mulai beradaptasi mencapai ‘keseimbangan’ antara mencegah penularan Covid-19 dan melakukan perayaan atau tradisi sederhana di bulan Ramadhan nanti.

Berdasarkan riset yang dilakukan kepada 500 responden di kota besar di Indonesia, 62 persen konsumen masih khawatir dengan penyebaran Covid-19. Karena itulah, Ramadhan tahun ini alih-alih melaksanakan shalat Taraweeh di masjid, mereka lebih memilih melakukannya di rumah dengan keluarga inti. Tradisi pertemuan Ramadhan lainnya-pun akan terpengaruh.

Sekitar 63 persen masyarakat masih menahan diri tidak melakukan ‘ngabuburit’ atau jalan sore menjelang buka puasa. Selain itu, lebih dari separuh responden juga enggan mengikuti tradisi silaturahmi tatap muka selama Ramadhan seperti mengikuti acara sosial, ziarah dan umrah, dan sahur di luar rumah (Sahur On The Road).

Meski masyarakat menahan diri melakukan sejumlah tradisi Ramadhan, geliat beramal jelang Ramadhan sudah mulai meningkat signifikan.

Dibanding dengan tahun lalu, banyak masyarakat yang optimis akan berdonasi dan zakat lebih besar di tahun ini. Optimisme berzakat meningkat 15 kali lipat dan donasi 2,2 kali lipat dibanding Ramadhan 2020.

“Tahun lalu saya melihat sedikit sekali orang yang membagikan THR. Bahkan yang biasanya membagikan THR cenderung menahan mengeluarkan THR. Tahun ini 23 persen masyarakat lebih optimis dapat membayar THR karyawan atau orang yang bekerja untuk mereka, tidak seperti Ramadhan tahun lalu,” jelas dia.

Selain itu, mayoritas masyarakat sudah mulai merencanakan belanja Lebaran 2021 sejak Maret 2021. Sekitar 41 persen konsumen berbelanja satu bulan sebelum Ramadhan, yaitu untuk barang keperluan sehari-hari dan fesyen.

Di 2-3 bulan sebelum Ramadhan, 25 persen masyarakat sudah membeli tiket mudik dan 13 persen lainnya memutuskan baru akan berbelanja selama bulan Ramadhan. Di luar itu, terdapat 10 persen masyarakat yang merasa tidak berbelanja sama sekali untuk Ramadhan tahun ini.

“Meskipun pandemi memiliki dampak berbeda pada setiap orang, rencana perjalanan untuk Ramadhan 2021 tetap tenang untuk hampir semua orang. Sementara 38 persen konsumen akan bepergian untuk mudik, 45 persen konsumen tidak akan bepergian sama sekali,” jelas dia.

Selain itu, perayaan Ramadhan tahun ini juga akan memiliki beberapa batasan. Misalnya, 31 persen konsumen tidak akan bersosialisasi dengan teman atau keluarga dan 27 persen tidak akan makan sahur di luar rumah.

Platform online akan menjadi saluran yang paling disukai 37 persen konsumen untuk berbelanja online di bulan Ramadhan.Naik tipis dibanding tahun lalu, 37 persen. Sekitar 40 persen konsumen juga akan berbelanja bahan makanan online, sementara 33 persen konsumen akan berbelanja online untuk barang-barang lainnya.

“Penggunaan saluran online meningkat sejak tahun lalu. Pandemi ini mempercepat akselerasi trafik saluran online karena seluruh transformasi digital yang seharusnya terjadi dalam lima tahun ke depan telah terjadi dalam enam bulan,” tambah nya.[Kompas.com].

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News