NUKILAN.id | Jakarta — Insiden keracunan yang menimpa puluhan murid Sekolah Dasar (SD) di Sukoharjo, Jawa Tengah, setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapat sorotan dari media internasional. Program yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto tersebut semula bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah, namun insiden ini mencoreng pekan kedua pelaksanaannya.
The Straits Times, media asal Singapura, melaporkan kasus ini dengan judul “Food poisoning mars second week of free meals roll-out in Indonesia” (Keracunan makanan nodai peluncuran makan gratis pekan kedua di Indonesia). Dalam laporannya, Straits Times mencatat beberapa sekolah di sejumlah daerah melaporkan kejadian serupa hanya dua pekan setelah program diluncurkan.
Kejadian di Sukoharjo terjadi pada 16 Januari, saat 40 murid SDN Dukuh 03 mengalami sakit setelah menyantap makan siang yang disediakan oleh katering setempat. Menu yang disajikan terdiri dari nasi putih, ayam goreng tepung, capcay wortel, tahu goreng, buah naga, dan susu kotak. Para siswa mengeluhkan pusing, mual, hingga muntah. Dugaan sementara mengarah pada ayam goreng yang kurang matang sebagai penyebab utama keracunan.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindaya, menegaskan bahwa insiden tersebut murni kesalahan teknis. Ia memastikan tidak ada unsur kesengajaan dalam kejadian ini.
“Yang Sukoharjo terutama ya, ini adalah kesalahan murni teknis, tidak ada kesengajaan,” ujar Dadan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (17/1/2025).
Dadan menyebutkan bahwa insiden tersebut dapat segera ditangani berkat kesigapan petugas di lapangan. Sebagai langkah pencegahan, sebanyak 2.400 porsi makanan yang tersisa langsung ditarik dan diganti dengan telur.
Tanggapan juga datang dari Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi. Ia menyatakan bahwa pemerintah akan memperketat pengawasan terhadap standar operasional prosedur (SOP) dalam pelaksanaan program MBG.
“SOP yang diterapkan dalam MBG ini adalah sekolah melaporkan kepada SPPG [Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi] dan Puskesmas jika ada kejadian yang tidak diinginkan. Makanan langsung ditarik oleh SPPG dan kemudian diganti dengan menu lain,” ujar Hasan dalam keterangan resmi pada Kamis (16/1).
Ia menambahkan bahwa setiap SPPG diwajibkan menyimpan sampel makanan selama 2×24 jam untuk memudahkan pelacakan apabila terjadi masalah.
“Saat ini sampel makanan yang disiapkan di SPPG tersebut sedang diperiksa oleh Dinas Kesehatan,” kata Hasan.
Insiden ini memunculkan pertanyaan publik terkait pengawasan dan pelaksanaan program MBG. Meski bertujuan mulia untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah, kejadian di Sukoharjo menjadi peringatan agar standar kebersihan dan kualitas makanan lebih diawasi secara ketat untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang.
Editor: Akil