Profesor Husaini: Transformasi Kerajaan Lamuri dari Hindu-Buddha ke Islam Syiah hingga Aswaja

Share

NUKILAN.id | BANDA ACEH – Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Husaini, mengungkap sejarah awal masuknya Islam ke Aceh, yang dimulai sejak abad ke-8 Masehi berdasarkan temuan arkeologis. Salah satu kerajaan tertua di Aceh, Lamuri, mengalami transformasi dari kerajaan bercorak Hindu-Buddha menjadi kerajaan Islam bermazhab Syiah sebelum akhirnya menjadi pengikut Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).

Dalam Sidang Terbuka Pengukuhan Guru Besar yang diselenggarakan Rabu (13/11/2024), Prof. Husaini menjelaskan bahwa Kerajaan Lamuri, yang berpusat di Aceh Besar, diperintah oleh tiga dinasti utama: Dinasti Manteue, Dinasti Po Liong, dan Dinasti Alaiddin.

“Awalnya, Dinasti Manteue memimpin kerajaan ini dengan pusat pemerintahan di Seumileuek. Salah satu rajanya, Maharaja Po Tuan Meuri, mewariskan tahtanya kepada keturunan berikutnya, termasuk Maharani Putro Budian yang menikah dengan bangsawan Campa bernama Maharaja Po Liang. Po Liang kemudian mengembangkan agama Buddha di wilayah tersebut dan menjadi raja pertama Lamuri bercorak Buddha,” ungkapnya.

Peralihan ke Islam
Transformasi agama besar terjadi saat Maharaja Lam Teuba, penerus Dinasti Po Liong, menerima Islam dari seorang pendakwah Arab pada tahun 754 M. Maharaja Lam Teuba mengembangkan Islam beraliran Syiah, yang bertahan hingga masa pemerintahan Maharani Putro Ti Seuno, raja ke-18 dinasti tersebut.

“Keberadaan Syiah selama lebih dari 450 tahun di Lamuri turut membentuk budaya dan tradisi yang masih terasa hingga kini di Aceh,” tambah Husaini.

Perubahan besar terjadi ketika Putro Ti Seuno menikah dengan Johan Syah, yang kelak menjadi Sultan Alaiddin Johan Syah (1205–1235). Johan Syah adalah penguasa pertama Kerajaan Lamuri yang bermazhab Aswaja. Dinasti Alaiddin yang ia dirikan menjadi cikal bakal Kerajaan Aceh Darussalam.

Situs Bersejarah dan Kontribusi Islam di Nusantara
Menurut Husaini, Kerajaan Lamuri memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Salah satu buktinya adalah keberadaan batu nisan khas Aceh yang tersebar hingga Asia Tenggara. Situs Kerajaan Lamuri di Lamreh, Krueng Raya, Aceh Besar, diyakini sebagai pusat Islam pertama di Nusantara karena posisinya yang strategis di jalur perdagangan Selat Malaka.

“Lamuri adalah persinggahan utama para pendakwah Islam yang rela menempuh tantangan besar demi menyebarkan ajaran Islam. Bukti arkeologis di kawasan ini, seperti batu nisan dan keramik, menguatkan posisi Lamuri sebagai situs kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara,” paparnya.

Jejak Kerajaan Lamuri meluas hingga Kampung Pande, Banda Aceh, dengan peninggalan arkeologis yang terus ditemukan hingga kini. Batu nisan yang ditemukan menunjukkan keunikan teknologi seni batu serta hiasan khas yang mencerminkan peradaban tinggi masyarakat Lamuri.

Kearifan Lokal Mempermudah Islamisasi
Husaini menegaskan bahwa masyarakat Aceh sebelum Islam sudah memiliki tatanan pemerintahan yang baik dengan kearifan lokal yang mempermudah adaptasi terhadap ajaran baru.

“Penduduk Aceh dengan mudah menerima Islam karena pemimpin mereka telah memeluk agama tersebut lebih dulu. Proses Islamisasi berlangsung damai dan terintegrasi dengan budaya lokal,” ujarnya.

Sebagai salah satu pusat awal Islam di Nusantara, Lamuri memainkan peran strategis dalam membangun fondasi Islam di wilayah ini. Temuan arkeologi terus memperkuat status Lamuri sebagai bagian penting dalam sejarah Islam di Asia Tenggara.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News