Thursday, July 4, 2024

Produksi Padi di Aceh Menurun Akibat El Nino, Distanbun dan BMKG Siapkan Langkah Antisipatif

NUKILAN.id | Banda Aceh — Fenomena El Nino yang memicu kekeringan di sejumlah wilayah sejak tahun lalu berdampak signifikan terhadap produksi padi di Aceh. Data menunjukkan, produksi padi di Aceh pada tahun 2022 mencapai 1,5 juta ton, namun mengalami penurunan menjadi 1,4 juta ton pada tahun 2023.

Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, Cut Huzaimah, mengungkapkan bahwa pihaknya bersama para pemangku kepentingan telah menyusun strategi untuk menghindari darurat pangan.

“Produksi padi di Aceh semakin menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Walaupun Aceh masih surplus, kita tidak ingin Aceh mengalami defisit,” ujar Huzaimah dalam Dialog Pagi Banda bersama RRI, Senin (1/7/2024).

Huzaimah menjelaskan, secara nasional sebanyak 60 persen irigasi pertanian mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan, termasuk di Aceh. Jika kondisi ini terus berlanjut, produksi padi diprediksi akan semakin menurun di masa depan.

Sebagai upaya antisipasi dampak kekeringan, Distanbun Aceh meluncurkan program pompanisasi.

“Sebanyak 560 unit pompa, mulai dari ukuran kecil hingga besar, telah disiapkan dan tersebar di 22 kabupaten/kota. Kami juga berencana menambah jumlah ini pada tahun ini,” ungkap Huzaimah.

Selain itu, perluasan areal tanam juga dilakukan dengan mengoptimalkan lahan rawa sawah menjadi dua kali tanam. Perluasan ini mencakup 11.500 hektar yang tersebar di enam kabupaten/kota. Tidak hanya itu, alokasi pupuk subsidi juga ditingkatkan dari 103.000 ton menjadi 223.000 ton.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Aceh, Muhajir, menjelaskan bahwa suhu global saat ini terus mengalami kenaikan signifikan sejak tahun 2023. “Prediksi BMKG menunjukkan sebagian besar wilayah Aceh akan mengalami puncak musim kemarau pada Juni dan Juli 2024,” ujar Muhajir.

Menurut Muhajir, pola iklim di Aceh bervariasi. Wilayah pesisir Barat dan Selatan Aceh memiliki peluang hujan lebih tinggi sepanjang tahun, sedangkan wilayah Banda Aceh hingga Tamiang mulai Juni mengalami curah hujan yang lebih sedikit.

“Dampak musim kemarau termasuk suhu yang lebih panas dari musim lainnya, sehingga memicu kekeringan. Fenomena ini bukan lagi sekadar isu ilmiah, tetapi harus menjadi perhatian serius bagi kelangsungan kehidupan dan ekosistem, termasuk di Aceh,” tegasnya.

BMKG Stasiun Klimatologi Aceh juga telah merilis perkiraan musim kemarau untuk awal tahun 2024.

“BMKG memprediksi musim penghujan akan kembali terjadi pada awal September dan mencapai puncaknya pada November dan Desember,” tutup Muhajir.

Dengan langkah-langkah yang telah diambil oleh Distanbun dan BMKG, diharapkan Aceh dapat mengatasi tantangan yang dihadapi akibat fenomena El Nino dan menjaga stabilitas produksi pangan di masa mendatang.

Editor: Akil Rahmatillah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img