NUKILAN.id | Banda Aceh – Penjabat Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal ZA., M.Si., menerima kunjungan delegasi Parlemen Bangsa Moro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM) di Meuligoe Gubernur Aceh pada Kamis (5/12/2024). Kunjungan ini bertujuan memperdalam pemahaman tentang pengelolaan daerah otonomi khusus, menjadikan Aceh sebagai model transisi pasca-konflik bagi wilayah Bangsa Moro di Filipina.
“Kami menyambut hangat kehadiran delegasi Bangsa Moro. Aceh dengan otonomi khususnya adalah wujud nyata perdamaian dan stabilitas pasca-konflik,” ujar Safrizal.
Ia menjelaskan bahwa perdamaian di Aceh yang dimulai melalui perjanjian Helsinki pada 2005 melahirkan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA). Regulasi ini memberikan kewenangan khusus kepada Aceh dalam berbagai bidang, termasuk pembentukan partai politik lokal dan lembaga reintegrasi untuk mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Safrizal juga menyoroti kiprah mantan kombatan GAM yang kini aktif berpolitik. “Sebagian dari 81 anggota DPRA adalah mantan kombatan GAM. Ini menunjukkan bagaimana perdamaian membuka peluang bagi transformasi individu dan masyarakat,” ujarnya.
Dalam pertemuan yang turut dihadiri oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh, Sekjen BARMM, Suharto Ambolodto, memaparkan situasi wilayahnya. BARMM, yang dibentuk pada 2018 melalui Bangsa Moro Organic Law (BOL), merupakan hasil perjanjian damai antara Pemerintah Filipina dan kelompok Moro Islamic Liberation Front (MILF) setelah konflik berkepanjangan selama lebih dari 40 tahun.
“Sebagai wilayah otonomi khusus, BARMM mengelola pemerintahan sendiri dengan parlemen beranggotakan 80 orang dan 15 kementerian,” jelas Suharto. Pemerintah lokal BARMM juga memiliki wewenang atas pengelolaan sumber daya alam, hukum Islam, dan pengembangan ekonomi.
Suharto menambahkan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan pemilu pertama tahun depan sebagai tonggak penting stabilitas politik di Bangsa Moro.
“Kami berharap pemilu ini berjalan lancar, dan kami belajar banyak dari pengalaman Aceh dalam menciptakan stabilitas melalui pemerintahan inklusif,” ungkapnya.
Kunjungan ini diakhiri dengan penyerahan cinderamata oleh Safrizal kepada delegasi Bangsa Moro. Safrizal berharap hubungan antara Aceh dan Bangsa Moro dapat terus berlanjut, menjadi inspirasi bagi daerah lain yang tengah merintis jalan menuju perdamaian dan otonomi.
“Perjalanan menuju perdamaian bukanlah jalan yang mudah, tetapi kerja sama dan saling belajar seperti ini dapat membawa manfaat besar bagi kita semua,” tutup Safrizal.
Editor: Akil