Nukilan.id – Istilah ecobrick mungkin sudah tak terlalu asing di kalangan masyarakat yang punya fokus besar terhadap isu lingkungan. Jika melakukan pencarian di internet, definisi atau bentuk yang muncul akan menunjukkan suatu metode yang digunakan untuk meminimalisir sampah dengan media botol, yang diisi penuh dengan sampah anorganik bersih berupa plastik, hingga botol benar-benar keras dan padat.
Kemudian botol tersebut bisa digunakan sebagai pondasi untuk bangunan, baik dengan tampilan polos atau dilapisi lagi dengan adukan semen. Kekinian, wujud ecobrick semakin modern dan dibuat lebih enak dipandang, sejalan dengan kebutuhan akan nilai estetis.
Salah satu pihak yang telah menghadirkan ecobrick dengan wujud lebih modern baik dari segi penggunaan dan daya tahannya adalah Block Solutions, sebuah perusahaan rintisan yang berasal dari Finlandia.
Yang menarik perhatian, project istimewa pertama untuk membuat bangunan berupa sekolah dari ecobrick buatan Block Solutions nyatanya berlokasi di Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pabrik ecobrick pertama di Asia
Bukan hanya membuat bangunan, hal istimewa lain yang melibatkan peran Indoensia untuk pertama kalinya adalah kesempatan menjadi lokasi pembangunan pabrik ecobrick itu sendiri.
Tentu hal tersebut memberikan banyak dampak positif. Bukan hanya dari segi pembukaan lapangan kerja, melainkan juga dampak langsung berupa penyerapan sampah plastik di Indonesia untuk menjadi bahan baku pembuatan bata tersebut.
Pasalnya menurut catatan Pemerintah Provinsi NTB, timbulan sampah di provinsi tersebut yang mencakup 10 Kabupaten/Kota mencapai 2.638 ton per hari. Di mana kabupaten/Kota yang memiliki timbulan sampah paling banyak adalah Lombok Timur (506,03 ton/hari), Lombok Barat (501,46 ton/hari), dan Kabupaten Bima (382,48 ton/hari).
Menggandeng organisasi non-profit lokal bernama classroom of hope dan pemerintah Provinsi NTB, nilai investasi dari pembangunan pabrik ini disebut berada di kisaran 2,3 juta euro atau sekitar Rp37,8 miliar.
Wacana dari pembangunan pabrik ini sendiri sebenarnya sudah diinisiasi sejak kisaran akhir tahun 2021 lalu. Bersamaan dengan diresmikannya sekolah pertama di Indonesia sekaligus Asia yang dibangun dari bata ecobrick.
Menilik kualitas ecobrick
Pada tahun 2021 lalu, diketahui sudah ada dua bangunan berupa sekolah yang dibangun menggunakan pondasi bata sampah plastik ini, yaitu SDN 04 Medas dan SMPN 2 Satap Tanjung. Selain itu, ecobrick juga telah digunakan untuk membangun sebuah rumah untuk salah seorang warga di Lombok.
Kala itu, pembangunan sekolah juga mendapat respons baik secara langsung dari Zulkieflimansyah, selaku Gubernur NTB.
“Kami mendukung seratus persen. Hal ini juga menjadi salah satu solusi dari program zero waste di Provinsi NTB. Sampah-sampah yang ada dapat dijadikan batu bata yang memiliki manfaat seperti membangun sekolah dan fasilitas umum lain,” jelasnya.
Saat itu bata yang digunakan masih didatangkan langsung dari Finlandia, tapi saat ini pihak yang terlibat sedang fokus menggarap pabrik ecobrick yang dimaksud.
Jimmy Hutasoit selaku ketua Yayasan Classroom Of Hope mengatakan jika selanjutnya akan fokus membangun sejumlah fasilitas dengan bata yang dihasilkan langsung dari pabrik di NTB.
āTahun 2022 akan dilanjutkan tujuh sekolah sembari menunggu pabrik selesai dibangun,ā pungkasnya.
Jika bicara mengenai kualitas, ecobrick dari Block Solutions disebut memiliki bobot lebih ringan, harga terjangkau. Lain itu daya tahan materialnya sendiri diklaim dapat bertahan hingga 100 tahun, persis seperti waktu yang dibutuhkan plastik untuk dapat terurai secara sempurna. Lebih lanjut, ecobrick juga diklaim tahan akan guncangan gempa.
Sementara itu dalam penggunaannya, bata ini disebut hanya perlu dipasang layaknya balok lego, dengan bagian tengah yang memiliki lubang sebagai tempat untuk penempatan besi pengait. Nantinya sebelum disusun, bagian dasar akan dipasang pelat besi untuk penjepit bata sekaligus sebagai elemen dasar penguat bangunan.
Karena kemudahan tersebut, proses penggarapan bangunan yang menggunakan material ini disebut hanya membutuhkan waktu jauh lebih singkat, atau dalam kurun waktu kurang dari sebulan.
Disebutkan jika nantinya pabrik sudah beroperasi, penyediaan bahan baku sampah plastik akan dikelola secara terintegrasi. Hal tersebut dijelaskan oleh Nuryanti, selaku Kepala Dinas Perindustrian NTB.
“Kami akan berkoordinasi dengan DLH untuk penyediaan bahan baku,” ujar Nuryanti, mengutip Bisnis.com. [GNFI]