NUKILAN.id | Banda Aceh – Perputaran ekonomi pedagang kaki lima di Pasar Aceh mengalami penurunan signifikan dalam setahun terakhir. Sejumlah pedagang baju, tas, sepatu, dan perlengkapan kebutuhan rumah tangga lainnya mengeluhkan sepinya pembeli. Harapan mereka untuk meraih keuntungan justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, di mana persentase penjualan masih jauh di bawah target yang diharapkan.
Para pedagang menyebut maraknya belanja online sebagai penyebab utama sepinya pembeli di pasar tradisional. Masyarakat kini lebih memilih berbelanja dari rumah karena lebih praktis dan harga yang ditawarkan oleh toko-toko online cenderung lebih murah dibandingkan dengan harga pasar.
Ema, seorang pedagang baju di Pasar Aceh, mengaku pendapatannya merosot tajam sejak dua tahun terakhir.
“Saya berharap barang-barang bisa cepat laku terjual sehingga bisa menyediakan koleksi terbaru. Namun, jika kondisi seperti ini terus berlanjut, saya terancam gulung tikar karena tidak ada pembeli,” ungkap Ema kepada Nukilan.id, Senin (24/6/2024).
Situasi ini memaksa para pedagang kaki lima untuk memutar otak dan mengubah strategi penjualan agar modal tetap berputar. Pasalnya, mereka harus terus membayar sewa lapak setiap harinya. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari menawarkan diskon hingga memanfaatkan media sosial untuk menarik pembeli, namun tantangan dari maraknya belanja online tampaknya belum dapat diatasi sepenuhnya.
Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi para pedagang kaki lima di Pasar Aceh. Mereka berharap ada solusi dari pihak terkait agar roda ekonomi pasar tradisional bisa kembali berputar dengan normal.
“Kami berharap ada dukungan dan perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini,” tutup Ema.
Dalam situasi yang penuh tantangan ini, para pedagang kaki lima di Pasar Aceh terus berusaha bertahan sambil berharap perubahan strategi yang mereka terapkan dapat mengembalikan minat pembeli untuk berbelanja di pasar tradisional.
Repoter: Akil Rahmatillah