Peran Mahasiswa Ilmu Pemerintahan USK untuk Wujudkan Agent of Change Terhadap Literasi

Share

Oleh* M. Andrian Rafiza

Literasi membaca, menulis dan berdiskusi secara maksimal setiap individu mahasiswa sangat penting untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan negara indonesia. Mahasiswa memiliki ide dan pikiran dan tenaga yang optimal untuk menyalurkan kontribusinya bagi agama bangsa dan negara, peran mahasiswa sangat dibutuhkan bagi suatu bangsa karena mahasiswa memiliki tenaga yang lebih optimal dalam memajukan bangsa Indonesia.

Budaya literasi adalah kunci dari kemajuan sebuah bangsa, Melirik negara maju yang memprioritaskan minat baca warganya dengan berbagai cara dan upaya agar masyarakatnya membangun budaya membaca sehingga negaranya selalu mengikuti perkembangan zaman dan menjadi negara yang besar. Disinilah mahasiswa harus mengambil peran dalam membangun negara sebagaimana yang dikatakan dalam pidato Soekarno founding father bangsa ini, “Berikan aku 10 pemuda (mahasiswa) maka akan ku goncangkan dunia”.

Kalimat yang sangat mendalam apabila kita melihat perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tidak lepas dari peran pemuda untuk memerdekakan bangsa Indonesia, Pemuda memiliki daya pikir dan kekuatan yang lebih besar dibandingkan orang tua. Miris Ketika melihat mahasiswa saat ini yang tidak memiliki minat baca dan ilmu literasi yang masih sangat kurang, akan tetapi sudah berani mengkritik pemerintah dan memiliki cita-cita ingin membangun negara Indonesia, akan tetapi perbuatannya? Masih jauh panggang daripada api.

Tragedi nol buku, ungkapan sastrawan senior Taufiq Ismail sampaikan dalam sebuah audiensi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) Tahun 2010. Tragedi nol buku ini memiliki makna keprihatinan yang sangat mendalam terhadap budaya bangsa ini. Budaya baca yang sangat rendah didukung oleh fakta dan studi kasus yang terjadi di Indonesia. Apabila kita melihat hasil survei minat baca Indonesia terbukti miris sekali dalam hal budaya bangsa ini, mengacu hasil survei yang dilakukan Program for International Student Asessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) Tahun 2019. Hasil survei minat baca masyarakat Indonesia menepati peringkat 62 dari 70 negara atau berada pada peringkat 10 negara dari bawah. Sementara hasil survei UNESCO minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca.

Disinilah Mahasiswa harus menjadi Agent of Change untuk bisa berperan aktif dalam suatu problematika masalah ini. Sebagai generasi penerus bangsa salah satu usaha mahasiswa yang dapat dilakukan adalah dengan cara mendukung program Circle Nanggroe (CN). Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Syiah Kuala harus bisa menjadi pelopor dalam membangun literasi di Indonesia khususnya di Aceh. Tragedi nol buku ini merupakan tragedi besar yang terjadi di Indonesia, sama halnya dengan musibah tsunami yang terjadi di Aceh beberapa tahun
yang lalu.

Tragedi musibah tsunami di Aceh mendapatkan korban fisik yang besar sedangkan tragedi nol besar mendapatkan korban mentalitas yang lemah dan karakter yang buruk. Padahal membaca bagi umat muslim merupakan perintah Allah SWT yang pertama dan utama bukan hanya himbauan atau anjuran semata. Akan tetapi sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh umat muslim bahkan perintah sholat turun jauh dari perintah membaca.

Sebenarnya inilah yang harus dikhawatirkan, seperti kita mengkhawatirkan penyebaran narkoba di Indonesia. Data mahasiswa dianalisis secara deskriptif kualitatif pertama, budaya literasi mahasiswa terwujud dalam kegiatan membaca, menulis dan berdiskusi. Kegiatan membaca dilakukan karena ada tugas yang terkait dengan mata kuliah sebanyak 60%, dan karena senang membaca berjumlah 11%. Kegiatan menulis karena senang berada pada rentang 17%-40% dan yang dilakukan karena ada tuntutan dari mata kuliah sebanyak 25-42%. Mahasiswa yang mengaitkan kegiatan membaca dan menulis mencapai 53%.

Kedua, kendala budaya literasi berasal dari dalam diri mahasiswa dan dari luar atau lingkungan sekitar. Kendala yang berasal dari dalam diri mahasiswa secara umum dikarenakan malas, kurang motivasi, tidak fokus, lelah dan jenuh, tidak ada ide dalam menulis, sulit menyusun kata dan kalimat, dan bingung, sedangkan yang berasal dari lingkungan sekitar antara lain kurangnya referensi di perpustakaan dan referensi berbahasa asing, sedangkan diskusi hanya dilakukan didalam kelas ketika mempresentasikan setiap kelompok yang maju disemua mata kuliah Ilmu Pemerintahan.

Melihat hasil survei data tersebut, hanya satu caranya yaitu membentuk budaya membaca dengan menjadikan membaca merupakan sebuah kewajiban melalui Circle Nanggroe (CN). Circle Nanggroe (CN) merupakan kekhawatiran saya terhadap mahasiswa Ilmu Pemerintahan yang minim dalam hal literasi (membaca, menulis, berbicara dan memecahkan masalah yang ada di negara Indonesia) yang akan memimpin negara ini nantinya.

Minat baca mahasiswa ilmu pemerintahan juga masih sedikit yang gemar dalam membaca dan berdiskusi mengenai kebijakan pemerintah dan isu-isu yang terjadi di masyarakat diluar jam perkuliahan. Sedangkan jam perkuliahan hanya sedikit ilmu yang bisa didapatkan, sehingga saya mengajak teman￾teman dari Ilmu Pemerintahan untuk membuat sebuah tempat literasinya mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Syiah Kuala yang bernama Circle Nanggroe (CN).

Sebagai generasi muda, mahasiswa ilmu pemerintahan harus memiliki peranan penting dalam membangun negara melalui minat baca dan memiliki literasi yang maksimal sehingga ketika membuat sebuah kebijakan dan mengkritik pemerintahan berdasarkan ilmu bukan hasil dari berita hoax yang di dapatkan melalui sosial media. Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari.

Walaupun sudah ada perpustakaan (IPusnas) yang bisa di unduh melalui Handphone akan tetapi minat baca Indonesia masih saja kurang karena mahasiswa menggunakannya untuk bermain game dan sosial media dan mata lelah menatap layar ketika membaca buku di aplikasi (IPusnas) ini yang terjadi dilapangan. Makanya perlu dari mahasiswa untuk mencari solusi dalam peningkatan literasi membaca.

Dari beberapa data yang diketahui kendala mahasiswa dalam meningkatkan literasi adalah ada didalam diri mahasiswa dan kendala yang ada diluar ataupun lingkungan. Adapun kendala dari dalam mahasiswa adalah malas, tidak memiliki motivasi, jenuh dan tidak fokus. Sedangkan dari luar adalah referensi buku yang ada diperpustakaan kurang lengkap sehingga para mahasiswa malas keperpustakaan, kurangnya motivasi dari rektor, dekan dan dosen Prodi Ilmu Pemerintahan, kurangnya program literasi UKM kampus, dan teman yang tidak mendukung.

Membaca buku, merupakan satu pilar yang penting dalam membangun sebuah negara, apalagi Prodi Ilmu Pemerintahan yang akan memegang pemerintahan Indonesia dimasa yang akan datang. Maka sangat diperlukan cara berpikir kritis terhadap permasalahan dalam mengambil sebuah kebijakan dengan memiliki pengetahuan yang baik. Buku juga bisa mempengaruhi sebuah peradaban dengan cara meningkatkan minat baca di suatu negara, miris sekali melihat mahasiswa Ilmu Pemerintahan yang menghabiskan waktu berjam-jam kebanyakan hanya duduk di warung kopi duduk bersantai sambil bermain Handphone tanpa membahas dan berdiskusi untuk menambah wawasan. Inilah realita yang terjadi mahasiswa yang ada di Aceh khususnya Ilmu pemerintahan, padahal mahasiswa harus menjadi Agent of Change untuk membangun negara dengan cara apapun yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Cara menyelesaikan Permasalahan yang terjadi pada mahasiswa adalah pertama intropeksi diri, mahasiswa wajib mengintropeksi diri, ketika mahasiswa mengintropeksi diri mahasiswa tahu bahwa dirinya masih jauh dari yang dinamakan mahasiswa, mahasiswa bukan hanya terdaftar di sebuah perguruan tinggi semata. Itu hanyalah syarat administrasi saja akan tetapi, mahasiswa sebenarnya yang bisa memberikan kebermanfaatan dan perubahan dalam membangun negeri.

Ketika mahasiswa mengintropeksi diri mahasiswa akan selalu merasa kurang sehingga perlu untuk meningkatkan literasi (membaca, menulis, berbicara, dan menyelesaikan masalah). Kedua kesadaran, kesadaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, apabila mahasiswa memiliki kesadaran bahwa membaca itu penting dan memperluas ilmu literasi itu sangat penting maka mahasiswa tidak akan malas dalam membaca, menulis dan berdiskusi untuk memperluas ilmu dan akan menjadi Agent of Change yang berguna bagi agama, bangsa, dan negara.

Dan yang ketiga Fasilitas, memfasilitasi sebuah tempat merupakan hal yang penting dalam meningkatkan minat bacanya mahasiswa. Karena dengan adanya tempat mahasiswa tahu harus kemana untuk bergabung dalam menambah ilmu literasi dan ada ligkungan yang mendukung. Fasilitas juga merupakan hal yang harus di jadikan prioritas dalam meningkatkan kefektifan dalam melakukan kegiatan atau pembelajaran nantinya.

Circle Nanggroe (CN) hadir, akan memberikan dampak kepada mahasiswa dalam berpikir kritis dalam hal apapun dengan meningkatkan minat baca, menulis dan berdiskusi. Circle Nanggroe (CN) merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan ini. Karena kenapa? Didalam Circle Nanggroe (CN) ada beberapa program yang akan dijalankan yaitu:

Membangun budaya membaca

Circle Nanggroe (CN) menyuruh kepada mahasiswa untuk memilih minat bakat yang ia tekuni dan sukai. Karena apabila mahasiswa menyukai dan menggemari buku yang ia sukai pasti akan senang dan merasa tidak jenuh dan bosan dalam membaca buku. Sehingga mahasiswa akan membaca buku lebih banyak walaupun pada program ini mewajibkan mahasiswa membaca dalam satu jam setiap harinya. Buku yang menjadi minat dari mahasiswa adalah buku mata kuliah yang ada di Prodi Ilmu Pemerintahan, sehingga bisa menjadi acuan dan mempermudah dalam pembuatan skripsi karena sudah menguasai materi judul skripsi yang ingin diangkat nantinya.

Mengunjugi perpustakan yang ada di Indonesia dan lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di Indonesia khususnya Aceh

Circle Nanggore (CN) membuat program tersebut dengan tujuan untuk membuka wawasan dan pengimplementasian dari budaya membaca. Sehingga ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat dan berguna bagi mahasiswa ilmu pemerintahan dalam membangun Indonesia kedepannya dan mahasiswa akan tertarik untuk bergabung bersama Circle Nanggroe (CN) dalam memajukan negara Indonesia.

Menulis

Menulis setiap buku yang sudah dibaca selama tiga puluh menit setiap harinya

Diskusi

Berdiskusi merupakan hal yang penting dalam meningkatkan pemahaman dan memperluas wawasan terhadap ilmu yang sudah dipelajari. Diskusi juga bisa meningkatkan ilmu negosiasi dan saling menghargai sesama rekan didalam forum diskusi dengan didampingi oleh dosen dan lembaga pemerintahan yang handal. Tanpa diskusi ilmu yang sudah didapatkan kurang meningkat dan condong terdiam tanpa peningkatan.

Membuat perlombaan

Tujuannya adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana pemahaman yang sudah didapatkan didalam Circle Nanggroe (CN) dan sekaligus memperkenalkan Circle Nanggroe (CN) ke Nusantara.

Circle Nanggroe (CN) menyadari pentingnya literasi membaca, menulis dan berdiskusi bagi mahasiswa. Circle Nanggroe (CN) dibentuk ketika melihat mahasiswa kurangnya literasi yang didapatkan di Ilmu Pemerintahan. Mahasiswa sebenar-benarnya merupakan mahasiswa yang bukan hanya memikirkan nilai akademis semata, akan tetapi bagaimana menjadi mahasiswa yang bisa memberikan kebermanfaatan terhadap masyarakat menunjukkan jalan dan arah yang benar dalam membangun Indonesia. Agent of Change yang melekat pada jati diri mahasiswa bukanlah hanya sebatas slogan demonstrasi akan tetapi memberikan pikiran yang rekonstruktif dan solutif terhadap minat baca Prodi Ilmu Pemerintahan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwasanya mahasiswa memiliki peranan penting dalam Agent of Change untuk meningkatkan ilmu literasi melalui berbagai cara. Salah satunya adalah melalui Circle Nanggore (CN) yang memiliki tujuan untuk meningkatkan literasi terutama minat bacanya mahasiswa Ilmu Pemerintahan dengan adanya Circle Nanggroe (CN) bisa melahirkan mahasiswa Agent of Change. Apabila sudah terbebas dari tragedi nol buku maka bangsa Indonesia akan mengalami pembangunan, kejayaan dan kesejahteraan yang signifikan.

Mahasiswa harus memiliki ilmu literasi yang maksimal sehingga ketika suatu saat nanti menjadi pemimpin bangsa ini, mahasiswa bisa memberikan kebermanfaatan dalam mengambil suatu kebijakan yang tidak merugikan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk mejalankan nilai-nilai dan fungsi mahasiswa yang akan berguna bagi agama bangsa dan negara dimasa yang akan datang.

Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Syiah Kuala (USK) []

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News