NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Penangkapan dua Aparatur Sipil Negara (ASN) di Banda Aceh oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 mengungkap pola baru penyebaran ideologi radikal di lingkungan birokrasi. Keduanya diduga menjadi bagian dari jaringan Negara Islam Indonesia (NII) faksi Muhammad Yusuf Tohiri (MYT), sebuah kelompok kecil namun terstruktur yang menyasar ASN melalui pendekatan sosial dan spiritual.
Pengamat terorisme dan dosen Antropologi Universitas Malikussaleh (Unimal), Al Chaidar mengatakan, berbeda dari kelompok teror bersenjata yang merekrut anggota dari luar institusi, faksi MYT melakukan pendekatan secara perlahan terhadap individu yang telah berada di dalam sistem pemerintahan. Kedua ASN yang ditangkap, menurut informasi penyidik, bergabung dengan jaringan setelah mereka bekerja sebagai pegawai negeri.
“Yang bersangkutan tidak direkrut sebelum menjadi ASN, tapi setelah mereka berada di dalam sistem. Ini menunjukkan adanya pola infiltrasi terselubung,” ujar Al Chaidar kepada Nukilan, Rabu (6/8/2025).
Dia menambahkan, faksi MYT diketahui menggunakan pengajian tertutup dan bimbingan ideologis berbasis keagamaan sebagai pintu masuk. Pendekatan ini membuat mereka lebih mudah menyasar individu ASN yang aktif dalam kegiatan keagamaan, terutama yang mencari ruang spiritual di luar institusi resmi.
Di Banda Aceh, dua ASN yang ditangkap diketahui mengikuti pengajian eksklusif dan diskusi privat di luar jam kerja. Salah satu dari mereka bahkan disebut sempat terlibat dalam aktivitas penyebaran doktrin tauhid versi kelompok tersebut kepada rekan sejawat.
“Tidak ada pelatihan militer, tidak ada senjata. Tapi mereka menyebarkan paham yang menolak sistem negara dan mendorong pemisahan diri secara ideologis,” ungkapnya.
Meskipun hanya memiliki puluhan anggota di Aceh, faksi MYT disebut memiliki struktur organisasi yang cukup rapi. Mereka menunjuk pemimpin wilayah, bendahara, bahkan imam yang menjadi pusat otoritas ideologis. Faksi ini juga terkoneksi dengan jaringan di wilayah lain seperti Jambi, Palembang, Medan, dan Bandung, tempat sejumlah anggota telah ditangkap lebih dulu oleh Densus 88.
“Beberapa anggota yang tertangkap di luar Aceh diketahui mengemban peran strategis, termasuk dalam pengelolaan dana operasional dan penyebaran ajaran. Di Bandung, Densus 88 bahkan menangkap seorang imam NII faksi MYT yang juga menjabat sebagai Ketua Komando Perang Seluruh Indonesia (KPSI),” tutupnya. []
Reporter: Sammy