Nukilan.id – Air Susu Ibu (ASI) mengandung zat gizi yang sangat lengkap, di antaranya karbohidrat, protein, multi vitamin dan mineral secara lengkap yang mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak mengganggu fungsi ginjal bayi yang sangat lemah.
ASI merupakan cairan hidup karena mengandung sel darah putih, zat kekebalan, enzim, hormon, dan protein yang cocok untuk bayi. Untuk itu, edukasi tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi sangat berpengaruh kepada penurunan Stunting.
Hal ini diungkapkan oleh Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr. Sulasmi, MHSM kepada Media Nukilan dalam sosialisasi percepatan penurunan stunting di Provinsi Aceh, Kamis (17/11/2022).
“Intinya perlu menerapkan prinsip gizi seimbang, mulai dari konsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemberian asi pada bayi 0-6 bulan dan MPASI kepada bayi 6 bulan keatas,” ujar Sulasmi.
Hal ini diperjelas oleh Dokter Spesialis Anak yang juga Ketua Aceh Perduli Asi (APA), dr. Aslinar, SpA, M.Biomed mengatakan bahwa ASI itu sangat penting untuk mencegah stunting pada bayi.
Ia mengatakan bahwa gizi bayi enam bulan pertama itu ditentukan dari asi eksklusif. Sejak hamil, jika nutrisi kurang nantinya bisa menyebabkan asupan yang kurang dan menjadi stunting pada bayi.
“Pemenuhan gizi harus dari seribu hari pertama kehidupan atau HPK sejak hamil 9 bulan lanjut pada saat bayi mendapatkan ASI eksklusif, kemudian makan MPASI yang benar serta ASI dilanjutkan sampai dua tahun,” ujar dr. Aslinar yang akrab disapa Ummi Dokter itu.
Untuk diketahui, Provinsi Aceh merupakan penyumbang stunting tertinggi di Indonesia. Mengutip laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), pada 2021 di Aceh rata-rata terdapat 33,2% anak usia di bawah lima tahun (balita) yang mengalami stunting. Artinya, kira-kira 1 dari 3 balita di Provinsi Aceh memiliki tinggi badan di bawah rata-rata anak seusianya.
Terdapat 3 wilayah di Aceh dengan prevalensi balita stunting tertinggi hingga mencapai kisaran 40%. Ketiga wilayah itu adalah Kabupaten Gayo Lues (42,9%), Kota Subulussalam (41,8%), dan Kabupaten Bener Meriah (40%). Sedangkan Kota Banda Aceh tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting terendah yakni 23,4%. []
Reporter: Wanda
Editor: Mirzu