NUKILAN.id | Tapaktuan – Dunia musik kini tengah menjadi sorotan banyak kalangan, tak terkecuali di Indonesia. Musik daerah seperti lagu Minang, Batak, Jawa, Sunda, dan Aceh semakin populer di berbagai lapisan masyarakat. Tak terkecuali, Kluet, salah satu suku di Aceh Selatan, yang turut berkontribusi dalam melestarikan budaya dan bahasa melalui musik.
Dalam beberapa dekade terakhir, sejumlah musisi Kluet muncul dengan karya-karya yang menarik perhatian publik. Beberapa nama seperti Nella Anisa dan Ezwar telah menjadi ikon di kalangan masyarakat Kluet. Namun, yang terbaru adalah Tomi, seorang content creator yang membawakan genre hip-hop—sesuatu yang jarang ditemui dalam lagu-lagu Kluet, yang umumnya bergenre pop dan bertema cinta.
Lagu hip-hop yang dibawakan Tomi kini sedang naik daun karena keunikannya. Berbeda dari musisi Kluet lainnya, Tomi menawarkan warna baru dengan lirik yang tetap mempertahankan penggunaan bahasa Kluet, namun dengan beat yang lebih modern dan energik.
Dun Pinim, seorang pegiat budaya Kluet, memberikan pandangan mendalam mengenai fenomena ini. Dalam wawancaranya dengan Nukilan.id, Dun Pinim menilai kehadiran lagu-lagu Kluet dalam genre hiphop sebagai salah satu bentuk penyesuaian zaman dalam pelestarian bahasa daerah.
“Kalau menurut saya, itu bisa kita katakan menyesuaikan zaman. Karena cara melestarikan bahasa itu kan banyak caranya. Selama itu tidak bertabrakan dengan nilai-nilai di masyarakat, tidak masalah,” ujar Dun Pinim kepada Nukilan.id, Rabu (14/8/2024).
Dun Pinim juga mengajak semua pihak yang mencintai tanah Kluet untuk turut berperan dalam mempromosikan budaya dan bahasa Kluet melalui cara dan profesi masing-masing.
“Kita semua yang punya rasa cinta dengan tanah Kluet, ayo kita bersama-sama promosikan Kluet dengan cara dan profesi kita masing-masing. Dimanapun dan kapanpun, sehingga Kluet bisa dikenal banyak orang dengan baik,” tambahnya.
Dengan kehadiran musisi seperti Tomi yang berani mengeksplorasi genre baru, harapan untuk menjaga eksistensi bahasa dan budaya Kluet semakin besar. Musik bukan hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga alat untuk melestarikan identitas budaya di tengah arus modernisasi. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah