Nilam Aceh Diusulkan Jadi Standar Nasional Minyak Atsiri

Share

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Minyak nilam (patchouli oil) sudah sejak lama menjadi komoditas strategis Indonesia. Perannya pun sangat vital, khususnya dalam industri minyak atsiri dunia. Seiring meningkatnya permintaan global akan bahan baku alami untuk kosmetik, parfum, dan aromaterapi, Indonesia terus menunjukkan dominasinya sebagai salah satu produsen utama.

Namun, di balik peluang besar itu, terselip tantangan yang tak ringan. Salah satu yang paling mendesak adalah soal konsistensi mutu dan daya saing produksi. Di sinilah Aceh mengambil peran penting.

Aceh, Pusat Nilam Berkualitas Dunia

Aceh dikenal luas sebagai penghasil nilam dengan kualitas unggulan. Minyak nilam dari provinsi ini memiliki kandungan yang tinggi dan aroma yang khas. Tak heran jika nilam Aceh sering disebut sebagai yang terbaik, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Sayangnya, keberhasilan Aceh belum sepenuhnya diikuti oleh daerah penghasil nilam lainnya di Indonesia. Ketimpangan kualitas antardaerah masih terjadi, dan hal ini bisa berdampak terhadap upaya Indonesia dalam membangun industri nilam yang solid serta terstandarisasi.

“Nilam Aceh itu sejak dulu sudah dikenal sebagai nilam yang memiliki keunggulan yang sangat luar biasa. Selain di Aceh, Indonesia juga memproduksi nilam, salah satunya di Sulawesi,” ujar Dr. Ir. Elly Sufriadi, S.Si., M.Si., Sekretaris Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK), dalam dialog interaktif di PRO 1 RRI Banda Aceh, Minggu (1/6/2025).

Kualitas yang Belum Merata

Dalam kesempatan yang sama, Elly menyoroti perbedaan kualitas antarwilayah. Meski Indonesia adalah salah satu produsen terbesar nilam dunia, belum semua wilayah mampu menyamai standar Aceh.

“Perlu kita ketahui juga, nilam produksi Sulawesi secara kualitasnya kurang baik. Justru nilam kualitas Aceh-lah yang terbaik,” tegasnya.

Perbedaan ini, lanjut Elly, dapat memengaruhi kinerja ekspor. Pasalnya, pasar internasional kini semakin selektif dan menuntut mutu yang tinggi dan konsisten. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengolahan dan pencampuran yang cermat.

“Jadi, untuk memproduksi nilam yang baik, apalagi untuk mengekspor ke luar negeri, Indonesia harus mencampur kedua nilam yang berbeda daerah ini. Tujuannya agar dapat dibeli di market luar negeri,” tambahnya.

Sinergi dan Inovasi Jadi Kunci

Pernyataan Elly menggarisbawahi pentingnya membangun sinergi antardaerah dalam industri nilam nasional. Aceh, dengan keunggulannya, bisa menjadi pusat pembelajaran bagi daerah lain. Dengan begitu, potensi nilam Indonesia dapat dimaksimalkan secara kolektif.

Lebih jauh, pembangunan industri nilam yang kuat tak bisa berjalan sendiri. Diperlukan kerja sama lintas sektor — pemerintah, akademisi, petani, hingga pelaku industri — untuk membangun ekosistem yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Tak hanya itu, penguatan riset, inovasi teknologi, dan dukungan kebijakan yang berpihak pada petani nilam lokal juga sangat diperlukan. Pendekatan holistik ini diharapkan mampu menjadikan nilam Aceh sebagai lokomotif ekonomi ekspor, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah penghasil.

Editor: Akil

spot_img

Read more

Local News