Nukilan.id – Kepala Divisi Kampanye dan Jaringan Koalisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Jakarta, Ahmad Sajali mengatakan acara pameran dan pertunjukan musik bertema “Lorong Ingatan” yang dilaksanakan KontraS Aceh merupakan kegiatan yang penting karena berisi tentang upaya untuk menggali kembali hal-hal yang terjadi semasa konflik bersenjata dulu di Aceh, tepatnya saat Aceh masih berstatus Daerah Operasi Militer (DOM) dulu.
“Aceh mengalami begitu banyak penindasan, di era Orde Baru, di masa DOM, dan bahkan setelah Reformasi hadir pun, setelah orang yang mengelu-elukan perubahan, dengan terpilihnya Megawati Soekaroputri sebagai presiden pun, dia tetap menunjukkan watak negara untuk melakukan kekerasan lewat pemberlakukan Darurat Militer di Aceh pada 2003 dulu,” ujar Ahmad Sajali dalam pameran dan pertunjukan musik yang merekam pelanggaran HAM yang dibredel pada masa konflik Aceh dengan tema “Lorong Ingatan”di pelataran KontraS Aceh, Lamlagang, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh, Selasa (10/12/2024).
Karena itu, kata Ahmad, upaya yang dilakukan oleh KontraS Aceh ini harus diapresiasi karena inisiatif seperti ini penting dan membawa kebaruan dalam pendekatan untuk mengingat dan mengenang peristiwa pelanggaran HAM di Aceh dulu.
Dia menambahkan, upaya mengenang pelanggaran HAM melalui musik ini menunjukkan bahwa perlawanan terhadap kekerasan tak melulu harus dibalas dengan kekerasan pula dengan mengangkat senjata, namun bisa juga dilakukan dengan berbagai cara lainnya seperti yang sudah dilakukan oleh grup band Nyawoung dan penyanyi Aceh, Abu Bakar Ar.
“Upaya-upaya seperti ini penting untuk terus menjadi jembatan atau sarana penyampaian gagasan atau ide, dan memang itulah yang perlu disebarluaskan untuk melawan pelanggaran HAM yang terjadi dulu, sekarang, dan di masa yang akan dating,” kata Ahmad Sajali. []
Reporter: Sammy