Nukilan.id – Ribuan demonstran muda anti-kudeta Myanmar yang ditahan oleh pasukan keamanan di Yangon akhirnya dibebaskan.
Pembebasan itu, kata para aktivis, setelah adanya seruan dari Barat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa (9/8).
Aktivis pemuda Shar Ya Mone mengatakan dia berada di sebuah gedung dengan 15 hingga 20 orang lainnya, namun sekarang sudah dapat kembali pulang.
“Ada banyak tumpangan mobil gratis dan orang-orang menyambut para pengunjuk rasa,” kata Shar Ya Mone melalui telepon dikutip dari Reuters.
Ia berjanji akan terus berdemonstrasi sampai kediktatoran di Myanmar berakhir.
Baca juga: Warga Thailand dan Vietnam Segera Dievakuasi dari Myanmar
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya menyerukan “pengekangan maksimum” dan pembebasan aman untuk semua pengunjuk rasa tanpa kekerasan atau penangkapan. Seruan yang juga digemakan oleh kedutaan besar AS dan Inggris di Myanmar.
Sebelumnya, ribuan orang menentang jam malam agar bisa turun ke jalan di kota utama Myanmar untuk mendukung para pemuda di distrik Sanchaung, tempat mereka mengadakan protes harian.
Pada hari Senin polisi mengumumkan akan memeriksa rumah di Saunchang. Memastikan apakah ada orang dari luar distrik dan akan menghukum siapa pun yang ketahuan menyembunyikannya.
Pengunjuk rasa lain memposting di media sosial bahwa mereka bisa meninggalkan daerah sekitar jam 5 pagi setelah pasukan keamanan mundur.
Baca juga: Inggris Desak Militer Myanmar Segera Akhiri Penindasan
Kelompok hak advokasi mengatakan sekitar 50 orang ditangkap di Sanchaung setelah polisi menggeledah rumah, meskipun pemeriksaan masih terus dilakukan.
Seorang juru bicara junta militer tak menjawab ketika dimintai komentar.
Televisi milik pemerintah MRTV pernah mengatakan, “Kesabaran pemerintah sudah habis dan ketika mencoba meminimalkan korban dalam menghentikan kerusuhan, kebanyakan orang mencari stabilitas penuh (dan) menyerukan tindakan yang lebih efektif terhadap kerusuhan.”
Tiga pengunjuk rasa tewas dalam demonstrasi di Myanmar utara dan Delta Irrawaddy pada hari Senin, menurut saksi mata dan media lokal.
Kematian baru-baru ini menambah jumlah korban yang tewas selama aksi kudeta berlangsung. PBB mencatat lebih dari 50 orang tewas oleh polisi dan tentara sejauh ini, saat melawan rezim militer
Pekan lalu, PBB mengatakan jumlah kematian sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi daripada jumlah korban yang dapat dikonfirmasi.
Sumber: ccnindonesia.com