NUKILAN.id | Banda Aceh – Bulan Februari 2025 menjadi momen bersejarah bagi dunia sastra Indonesia. Tahun ini menandai 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer, sosok sastrawan besar yang telah mengukir jejak penting dalam sejarah literasi tanah air. Dikenal sebagai penulis yang tajam dalam mengkritisi kondisi sosial dan politik, karya-karya Pramoedya tetap relevan dan menjadi rujukan hingga saat ini.
Jejak Pramoedya: Dari Blora ke Dunia
Dilansir Nukilan.id dari berbagai Sumber, Pramoedya lahir di Blora pada 6 Februari 1925, merupakan anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru, sementara ibunya seorang penjual nasi. Nama aslinya, Pramoedya Ananta Mastoer, kemudian ia ubah dengan menghilangkan awalan Jawa “Mas”, karena dianggap terlalu aristokratik, dan menggunakan “Toer” sebagai nama keluarganya. Keputusan ini tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita dari Blora.
Karya-Karya yang Tak Pernah Padam
Sejak lama, karya-karya Pramoedya menjadi sorotan, bahkan beberapa di antaranya sempat dilarang beredar pada masa Orde Baru. Namun, alih-alih meredup, larangan tersebut justru menciptakan fenomena unik di dunia literasi Indonesia. Karya-karyanya semakin diburu oleh kolektor dan pecinta sastra.
Sebagai salah satu sastrawan terbesar Indonesia, Pramoedya telah menulis lebih dari 50 karya yang kini menjadi bacaan wajib bagi pencinta sastra. Beberapa judul paling populer, seperti Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah, masih banyak dibaca dan dikaji hingga saat ini.
Harga Buku yang Melonjak Tajam
Di tengah peringatan satu abad Pramoedya, harga buku-buku karyanya menunjukkan variasi yang menarik. Berdasarkan data dari berbagai platform e-commerce, harga buku Pramoedya berkisar dari Rp 50.000 hingga lebih dari Rp 100.000.000. Buku dalam edisi cetak ulang dapat ditemukan dengan harga yang lebih terjangkau di platform seperti Shopee dan Blibli, sementara edisi langka dibanderol dengan harga selangit.
Sebagai contoh, buku Di Tepi Kali Bekasi edisi ketiga saat ini dihargai hingga Rp 30.000.000. Sementara itu, paket buku Pramoedya di toko daring seperti Blibli rata-rata dijual di kisaran Rp 200.000 hingga Rp 250.000. Kolektor yang mengincar edisi pertama atau buku dengan tanda tangan asli Pramoedya harus merogoh kocek lebih dalam.
Faktor yang Mempengaruhi Nilai Buku Pramoedya
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi harga buku Pramoedya adalah judul, edisi, kondisi fisik buku, serta tingkat kelangkaannya. Edisi pertama dari karyanya dianggap sebagai artefak sejarah dan memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan edisi-edisi terbaru. Kondisi fisik buku juga berperan besar dalam menentukan harga, di mana buku yang masih terawat baik tentu memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan yang sudah usang.
Selain itu, status “buku terlarang” yang sempat disematkan pada beberapa karyanya justru meningkatkan daya tariknya di kalangan kolektor. Tak heran jika beberapa buku Pramoedya menjadi buruan yang semakin mahal seiring waktu.
Sebuah Refleksi di Seabad Pramoedya
Perayaan 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer bukan sekadar mengenang sosoknya, tetapi juga menjadi momen refleksi terhadap kontribusi besarnya dalam dunia sastra. Karya-karyanya yang berani dan kritis tetap relevan hingga hari ini, menegaskan bahwa pemikiran dan narasi sejarah yang ia torehkan masih hidup di benak para pembacanya.
Penting bagi kita untuk terus menjaga dan mengapresiasi warisan sastra ini. Dengan mengetahui nilai dan sejarah di balik buku-buku Pramoedya, kita bisa lebih memahami betapa besar pengaruhnya terhadap literasi dan sejarah Indonesia. Bagi yang ingin memiliki atau sekadar membaca kembali karya-karyanya, disarankan untuk mengecek harga terkini di berbagai platform penjualan buku daring. (XRQ)
Reporter: Akil